Aksi tersebut mereka lakukan usai menolak undangan jamuan buka puasa dari Presiden Joe Biden yang telah menjadi tradisi tahunan Gedung Putih, Selasa (2/4) sore waktu setempat.
"Saya pikir, sebagai bentuk solidaritas, kami akan tetap hadir di depan Gedung Putih, tempat mereka mengundang kami untuk jamuan Iftar, dan mengingatkan mereka apa yang kami tuntut," kata Robert McCaw, petinggi organisasi advokasi Islam di AS Council on American-Islamic Relations (CAIR).
"Mereka pun tahu apa yang kami minta. Kami mau gencatan senjata permanen sekarang juga. Kami mau transfer senjata AS ke Israel berakhir, dan kami mau bantuan kemanusiaan tersalurkan dengan lancar," kata McCaw.
Gedung Putih sebelumnya mengakui bahwa agenda yang direncanakan Selasa tersebut akan jauh lebih kecil dibanding perayaan Ramadhan dan Idul Fitri yang biasa mereka gelar beberapa tahun belakangan.
Mereka menyebut, pemimpin Muslim AS kali ini justru meminta waktu berdiskusi dengan Joe Biden dan petinggi negara AS untuk membahas isu-isu penting komunitas Muslim AS.
Juru Bicara Pemerintah AS Karine Jean-Pierre mengatakan bahwa Presiden AS akan tetap mengadakan jamuan buka puasa untuk pejabat Muslim di pemerintahan AS setelah diskusi dengan pemimpin Muslim itu berlangsung.
Sementara itu, Mohamad Habbeh, pejabat organisasi American Muslims for Palestine menyebut, kurang dari 15 tokoh pemimpin Muslim AS mendapat undangan resmi untuk acara Gedung Putih itu.
Kemudian, salah satu tokoh Muslim yang hadir dalam acara tersebut justru memanfaatkan kesempatan itu untuk menyerahkan surat protes kepada Biden.
McDonald's membeli restoran waralabanya di Israel di tengah seruan boikot global
Sabtu, 6 April 2024 18:40 WIB