Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Maruli Simanjuntak menyatakan tidak akan menggunakan pendekatan tempur penuh untuk meredam konflik di Papua.
Karena, menurut dia, konflik di Papua terjadi karena perbedaan paham yang menyulut mereka untuk memisahkan diri dari wilayah Indonesia.
Baca juga: 8 Helikopter dilibatkan dalam latihan tempur di Cipatat
"Operasi kami di Papua itu melawan gerilya. Jadi operasi itu dilakukan untuk saudara-saudara kita yang berbeda paham dan sebagainya, sehingga tidak sampai 50 persen tempur di sana," ujar Maruli di Bandung Barat, Selasa.
Lebih lanjut, alih-alih memilih pendekatan perang dalam penyelesaian konflik Papua, Maruli mengatakan bahwa pihaknya akan menekankan pendekatan dialogis berupa pembinaan fungsi teritorial semata.
Maruli juga menegaskan TNI AD hanya menggunakan senjata ketika mereka dalam keadaan terjepit, tapi sebisa mungkin konflik itu dirampungkan dengan cara-cara yang lebih humanis sehingga tidak ada korban jiwa dalam penyelesaiannya.
Karena, menurut dia, konflik di Papua terjadi karena perbedaan paham yang menyulut mereka untuk memisahkan diri dari wilayah Indonesia.
Baca juga: 8 Helikopter dilibatkan dalam latihan tempur di Cipatat
"Operasi kami di Papua itu melawan gerilya. Jadi operasi itu dilakukan untuk saudara-saudara kita yang berbeda paham dan sebagainya, sehingga tidak sampai 50 persen tempur di sana," ujar Maruli di Bandung Barat, Selasa.
Lebih lanjut, alih-alih memilih pendekatan perang dalam penyelesaian konflik Papua, Maruli mengatakan bahwa pihaknya akan menekankan pendekatan dialogis berupa pembinaan fungsi teritorial semata.
Maruli juga menegaskan TNI AD hanya menggunakan senjata ketika mereka dalam keadaan terjepit, tapi sebisa mungkin konflik itu dirampungkan dengan cara-cara yang lebih humanis sehingga tidak ada korban jiwa dalam penyelesaiannya.