Bandung (ANTARA) - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengemukakan perlu adanya institusi atau lembaga khusus untuk menangani bangunan yang bisa mengantisipasi gempa atau longsor.
Kepala PVMBG Badan Geologi ESDM, Hendra Gunawan di Bandung, Sabtu, mengatakan bahwa Jawa Barat merupakan daerah yang cukup banyak memiliki potensi terjadinya gempa dan longsor.
Menurut para ahli, kata Hendra, jika rumah atau bangunan dengan model yang dipakai orang Sunda zaman dahulu dengan memakai kayu, relatif lebih tahan dan memperbaikinya lebih mudah.
"Ke depannya bukan hanya pusat vulkanologi, ada pusat lain yang menangani masalah geoteknik dalam perekayasaan, bagaimana mengantisipasi bangunan di daerah gempa atau di daerah longsor," ujar Hendra.
Lebih lanjut, Hendra mengatakan sepanjang 2023, di Jawa Barat terjadi 447 pergerakan tanah, termasuk longsor, dengan menyebabkan 105 orang meninggal dunia.
"Ada tiga daerah yang rentan mengalami pergerakan tanah, yakni Sukabumi, Sumedang dan Majalengka, yang disebabkan kawasan tersebut memiliki creeping atau gerakan tanah yang lamban dan tidak disadari," ucapnya.
Berdasarkan data PVMBG, dari 447 kejadian pergerakan tanah, selain menyebabkan 105 orang meninggal dunia, juga mengakibatkan 35 orang luka-luka.
Kemudian, 528 rumah rusak, 81 rumah hancur, 167 rumah dalam kondisi terancam, serta 178 infrastruktur terdampak dan 2.288 jalan mengalami rusak.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: PVMBG: Perlu lembaga khusus tangani bangunan antisipasi gempa-longsor