Jakarta (ANTARA) - Pengamat pasar uang Ariston Tjendra memperkirakan pelemahan rupiah tertahan Selasa ini dan bisa berbalik menguat terhadap dolar AS karena ekspektasi pasar terhadap penurunan inflasi AS.
"Semalam, data ekspektasi inflasi konsumen AS terbaru menunjukkan penurunan inflasi ke 3,8 persen dibandingkan sebelumnya 4,1 persen. Ini hasil pengukuran terendah sejak April 2021," ujar dia di Jakarta, Selasa.
Pada Rabu (12/7/2023) malam, data inflasi konsumen AS untuk Juni 2023 disebut akan dirilis. Berdasarkan konsensus pasar, data ini akan menunjukkan angka 3,1 persen, jauh lebih rendah dari data inflasi sebelumnya yang sebesar 4,0 persen.
"Ekspektasi penurunan inflasi ini diantisipasi pasar dengan penurunan nilai dolar AS terhadap nilai tukar lainnya, dan peluang rupiah bisa menguat sementara terhadap dolar AS hari ini," ungkap Ariston.
Menurut dia, penurunan inflasi ini meningkatkan harapan pasar bahwa era suku bunga tinggi akan segera berakhir.
"Potensi penguatan (rupiah) ke arah Rp15.100, dengan potensi resisten di Rp15.230," ucapnya.
Dolar AS melemah terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), karena investor menantikan laporan inflasi utama Amerika Serikat dan komentar pejabat Federal Reserve memperkuat ekspektasi pasar bahwa bank sentral AS mendekati akhir dari siklus pengetatannya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Rupiah diperkirakan berbalik menguat terhadap dolar AS