Sementara bagi peraih medali emas Olimpiade 2016 Rio Carolina Marin, Istora seakan menjadi sebuah pelukan hangat untuknya, alih-alih sebagai tempat yang mengintimidasi tiap kali ia bertanding melawan perwakilan tuan rumah, atau lawan yang memiliki level setara, bahkan lebih tinggi darinya.
Marin pertama kali mengalami cedera parah pada final Indonesia Masters 2019 ketika ia merobek anterior cruciate ligament (ACL) pertama di lutut kanannya. Sejak saat itu, pemulihan berlangsung dengan berat, hingga akhirnya ia kembali lagi dengan kuat, maju sebagai finalis Indonesia Open 2023, setelah sekian lama tak menginjakkan kaki di turnamen bergengsi pasca-cedera sulit tersebut.
"Penonton di sini membuat saya seakan berada di rumah. Saya sangat beruntung bisa mendapatkan dukungan dari semua orang di sini, yang tak hanya mendukung saat saya di atas, tapi juga saat saya berada di bawah," ucap Marin.
Gemuruh sorak-sorai seperti "IN-DO-NE-SI-A! IN-DO-NE-SI-A!" hingga "Eaa... eaa..." juga meninggalkan kesan tak terlupakan untuk siapa pun yang pernah berlaga di Istora. Dukungan dari masyarakat terus mengalir, terlepas dari siapa saja yang membuat shuttlecock melayang, hingga akhirnya jatuh di sisi lapangan.
Hal itu juga dirasakan pemain-pemain yang lebih muda. Chou Tien Chen dan Loh Kean Yew, dua dari sebuah "klub" yang dibuat penggemar di Indonesia yang dijuluki sebagai "Istora Boys".
"Saya selalu merindukan 'eaa.. eaa..'-nya. Penggemar bulu tangkis di sini adalah yang terbaik," ucap Chou.
Pertama dan terakhir
Tunggal putra unggulan Indonesia Anthony Sinisuka Ginting mengklaim gelar sebagai finalis di Indonesia Open untuk kali pertama di edisi terakhir turnamen perebutan poin kualifikasi Olimpiade 2024 Paris tersebut di Istora.
Gegap gempita di dalam stadion menjadi bentuk semangat dan kebanggaan yang mengalir begitu deras bagi sang atlet. Cinta itu juga tak bertepuk sebelah tangan, karena Ginting juga menunjukkan kemampuan terbaiknya di babak pamungkas saat menghadapi sang juara bertahan.
Terlepas dari hasilnya, semua orang yang memadati Istora kala itu tersenyum, karena tahu perjalanan sang pebulu tangkis Indonesia, yang sesungguhnya akan segera dimulai dan berbunga lebih cantik di kemudian hari.
Jika perjalanan baru bersemi untuk pemain muda, Istora juga menjadi tempat sejumlah atlet senior untuk menggantung raketnya, menyudahi karier profesional yang mungkin sudah berusia lebih dari setengah hidupnya di Bumi.