New York (ANTARA) - Harga minyak mentah berjangka turun pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), karena investor khawatir politisi Amerika akan gagal menyepakati plafon utang baru dan memicu gagal bayar yang akan merugikan ekonomi dan mengurangi permintaan bahan bakar menyusul jeda negosiasi masalah tersebut.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juni melemah 0,31 dolar AS atau 0,43 persen, menjadi menetap di 71,55 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Juli tergelincir 0,28 dolar atau 0,37 persen, menjadi ditutup pada 75,58 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.
Namun demikian, harga minyak mentah Brent dan WTI mencatat kenaikan mingguan pertama mereka dalam sebulan, dengan kedua harga acuan tersebut naik sekitar 2,0 persen.
Dilaporkan bahwa pembicaraan plafon utang antara Gedung Putih dan anggota legislatif Republik dihentikan sementara pada Jumat (19/5/2023), yang mengurangi sentimen pasar.
Amerika Serikat dapat gagal membayar kewajiban utangnya paling cepat 1 Juni, menurut Menteri Keuangan AS Janet Yellen.
"Harga minyak mentah mengalami minggu yang luar biasa karena prospek ekonomi AS meningkat secara dramatis ketika anggota parlemen tampaknya akan mencapai kesepakatan tentang plafon utang. Optimisme plafon utang dengan cepat menghilang pada Jumat (19/5/2023) dan itu membuat harga minyak turun tajam," kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA, pemasok layanan perdagangan multi-aset daring.
Moya memperkirakan bahwa harga minyak WTI mungkin tertahan dalam kisaran di sekitar level yang sedikit lebih tinggi dari 70 dolar AS per barel sampai "Kita melihat bukti lebih lanjut bahwa kesepakatan utang akan tercapai dan inflasi tidak memanas."
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Harga minyak turun dipicu jeda pembicaraan plafon utang AS