Antarajawabarat.com,23/7 - Keluarga mantan Presiden Mesir Muhammad Moursi pada Senin berencana akan menuntut pihak militer dengan tuduhan "menculik" pemimpin yang terpilih secara demokratis.
Shaimaa Mursi, anak perempuan sang mantan presiden, mengatakan dalam konferensi pers bahwa keluarganya berencana untuk mengambil langkah hukum di dalam dan di luar negeri.
"Kami mencoba berbagai upaya hukum, baik lokal maupun internasional, untuk menuntut pemimpin kudeta militer berdarah Jenderal Abdul Fattah al-Sisi dan kelompoknya," kata Shaimaa Mursi.
Pada kesempatan yang sama, Shaimaa Mursi mengungkapkan kekecewaan terhadap "organisasi pembela hak asasi manusia yang berdiam diri melihat penculikan presiden yang terpilih secara sah." Berbagai kalangan menilai pemilihan umum pada Juni tahun lalu merupakan pemilu demokratis pertama yang pernah dilakukan oleh Mesir.
Keluarga Mursi juga menuduh Jenderal Sisi bertanggung jawab atas keamanan Mursi. Sampai saat ini, Mursi masih ditahan oleh pihak militer di lokasi yang tidak diketahui.
Sementara itu putra mantan presiden, Osama Mursi mengatakan bahwa dirinya belum pernah mendengar kabar dari sang ayah setelah peristiwa kudeta. "Tidak ada satu pun anggota keluarga yang mendengar kabar mengenai ayah kami sejak 3 Juli," kata dia kepada wartawan.
Rencana tuntutan keluarga Mursi muncul bersamaan dengan bentrokan berdarah antara pendukung mantan presiden dan kelompok lain. Empat orang dikabarkan meninggal dan 26 lainnya luka-luka dalam peristiwa tersebut.
Satu orang terbunuh di lapangan alun-alun Tahrir, yang merupakan episentrum gerakan demonstrasi tahun 2011 untuk menumbangkan kekuasaan Husni Mubarak. Tiga yang lainnya tewas di Qalyub, pinggiran utara ibu kota.
Di sisi lain, beberapa mantan anggota parlemen dari kelompok Moursi memimpin demonstrasi di Masjid Rabaa al-Adawiya. Mereka menuntut militer untuk mengembalikan mantan presiden ke posisinya semula.
"Kami yakin dapat mengembalikan Mursi ke kursi kepresidenan dengan melakukan demonstrasi di jalanan," kata salah satu demonstran Muhammad Awad kepada AFP.
Sejak penggulingan Moursi, kelompok militan di Mesir telah beberapa kali melakukan serangan bersenjata terhadap petugas keamanan. Peristiwa terbaru terjadi pada Minggu di Sinai di mana empat orang dari kepolisian dan dua warga sipil tewas.
Beberapa pengamat menilai bahwa kekerasan tersebut merupakan usaha dari kelompok teroris untuk mengambil keuntungan situasi ketidak-pastian setelah penggulingan Moursi.
antara