Antarajawabarat.com, 25/4 - "International Pharmacheutical Manufacturers Group" menyatakan kurangnya jumlah kader posyandu yang terlatih secara pengetahuan dan keterampilan turut menyumbang tingginya angka gizi buruk balita di Indonesia.
"Salah satu penyebab tingginya jumlah penduduk dengan kekurangan gizi adalah terbatasnya pengetahuan dan keterampilan para kader Posyandu dalam memberikan pelayanan yang maksimal kepada masyarakat," kata Direktur Eksekutif IPMG Parulian Simanjuntak, dalam siaran persnya, Kamis.
Ia menuturkan, jika merujuk pada Riset Kesehatan Dasar 2010, tingkat prevalensi kekurangan gizi penduduk Indonesia menurun dari 18,4 persen menjadi 17,9 persen dibandingkan dengan tahun 2007.
Oleh karena itu, kata Parulian, untuk meningkatkan jumlah kader posyandu yang terlatih secara pengetahuan dan keterampilan IPMG) bersama Yayasan Solidaritas Masyarakat Anak (SEMAK) dan Pemerintah Kabupaten Bandung Barat menyelenggaran kegiatan berjudul "Festival Posyandu".
"Diharapkan melalui pendekatan program yang berbasis pada pemberdayaan ini keberadaan kader dan masyarakat akan menjadi penggerak utama dari perubahan," katanya.
Dikatakannya, melalui program ini, keterlibatan para kader dan anggota masyarakat tidak lagi hanya menjadi sekedar pelengkap, namun juga sebagai unsur terpenting dalam proses identifikasi masalah, kegiatan riset, penyusunan Rencana Aksi Masyarakat, hingga pelaksana evaluasi program.
"Melalui pendekatan ini kader dan masyarakat tentunya tidak hanya akan memiliki pengetahuan yang meningkat, namun juga memiliki pengalaman dan kemampuan lebih untuk menyelesaikan permasalahan dan mengelolanya kegiatan di lingkungannya yang berujung pada meningkatnya tingkat gizi masyarakat," katanya.
Festival Posyandu ini, lanjut dia, merupakan bagian dari rangkaian kegiatan pemberdayaan masyarakat di bidang pelayanan kesehatan kerjasama IPMG, Yayasan SEMAK dan Pemerintah Kabupaten Bandung Barat.
Tujuan festival diantaranya untuk mempromosikan keberadaan dan kegiatan Posyandu kepada beragam pemangku kepentingan, mendorong diterapkannya menu makanan sehat lokal hasil temuan kader Posyandu, serta memperkenalkan praktik "Inisiasi Menyusui Dini dan ASI Eksklusif".
"Selain itu, Festival Posyandu merupakan bagian dari Program Penguatan Posyandu kerjasama IPMG dengan Yayasan SEMAK yang dimulai sejak 2010," katanya.
Ia menuturkan, program Penguatan Posyandu tahun ini dilaksanakan di Kabupaten Bandung Barat dan dimulai sejak Juni 2012 melibatkan 33 Posyandu.
Pihaknya menambahkan, program yang diharapkan akan menjadi proyek percontohan nasional di masa mendatang ini dilakukan melalui skema pemberian penyuluhan kepada para kader (train the trainers) dengan tujuan memberikan pemahaman mengenai gizi serta meningkatkan kapasitas warga untuk mendirikan dan mengelola kegiatan pendidikan bagi balita.
"Program ini juga dimaksudkan untuk menekankan prinsip bahwa Posyandu tidak hanya merupakan tempat pelayanan kesehatan bagi Ibu hamil dan balita, namun juga menjadi pusat bagi pendidikan anak usia dini," katanya.
Saat ini, kata dia, capaian keberhasilan Program Penguatan Posyandu tengah menujukkan kemajuan yang baik, salah satunya melalui partisipasi masyarakat yang terus meningkat, seperti di Desa Singajaya, Kabupaten Bandung Barat.
"Hasil evaluasi bulan Januari menunjukkan keterlibatan masyarakat dalam kegiatan Posyandu adalah sebesar 66.6 persen yang pada bulan Maret telah meningkat hingga 84,3 persen," katanya.
Sementara itu, Bupati Kabupaten Bandung Barat Abu Bakar menambahkan Posyandu merupakan upaya integral untuk mengentaskan kekurangan gizi, mengingat Posyandu merupakan intsrumen yang paling mendasar dalam memberikan layanan kesehatan kepada
masyarakat, khususnya dalam konteks pencegahan malnutrisi pada bayi dan balita.
"Melalui peranan maksimal Posyandu, diharapkan upaya pencegahan dan pengentasan malnutrisi dapat berjalan lebih efektif," katanya.
KEKURANGAN KADER POSYANDU SUMBANG GIZI BURUK
Kamis, 25 April 2013 14:07 WIB