ANTARAJAWABARAT.com,6/11 - Para petani garam di Pantura Jawa Barat hingga kini belum memiliki gudang yang memadai untuk menyimpan produksi mereka pada saat hasil panen melimpah.
"Penyimpanan garam produksi petani menjadi persoalan di Jabar, selama ini mereka menjual langsung garamnya di petak, tidak punya gudang untuk menyimpan dalam jumlah besar," kata Kepala Dinas Industri dan Perdagangan Jawa Barat Ferry Sofyan Arief di Bandung, Selasa.
Menurut Ferry bukan perkara mudah untuk mencari solusi tempat penyimpanan garam produksi mereka, selain membutuhkan lahan juga teknologinya.
Karena tidak memiliki gudang penyimpanan garam yang memadai, para petani selalu menjual garanya tergesa-gesa untuk bisa laku. Akibatnya sedikit yang punya stok untuk musim penghujan dimana produksi garam merosot.
"Karena tergesa-gesa menjual garamnya, maka harga yang terbentuk juga kurang berfihak kepada petani," kata Ferry.
Pada saat panen garam, justeru harga merosot sehingga kurang menguntungkan bagi para petani. Selain itu mereka tidak bisa menyimpan hasil panen mereka untuk stok musim berikutnya karena tidak ada fasilitasnya.
"Secara umum panen garam musim kemarau tahun ini di Indramayu dan Cirebon cukup bagus, namun harga jualnya belum menggairahkan petan garam di sana," kata Ferry.
Ia menyebutkan, produksi garam di Jawa Barat yang dilakukan di Indramayu dan Cirebon mencapai 150 ribu ton, sehingga memenuhi kebutuhan konsumsi garam di provinsi itu.
Namun di sisi lain, harga garam lokal tersaingi oleh beredarnya garam impor yang saat ini membanjiri pasar-pasar di Indonesia. Akibatnya membuat harga jual garam di Jabar tetap tidak beranjak ideal.
"Kebijakan impor dan pendistribusiannya wewenang pusat, kenyataanya sekarang memang banyak garam impor di pasaran," kata Kepala Indag Jabar itu menambahkan.***2***
Syarif A
