Akibat banyaknya kapal besar tersebut, tangkapan ikan nelayan menurun drastis. Dalam sekali melaut, dirinya hanya bisa mendapatkan ikan 10-20 kilogram padahal biasanya bisa mendapatkan hingga satu kuintal per kapal.
"Kalau diuangkan bisa dapat Rp300.000 sekali melaut. Itu belum dihitung operasional, beli solar sama segala macam, bisa habis Rp200.000. Berarti sisa Rp100.000, dibagi sama anak buah, habis. Dulu mah bisa dapat satu kuintal pas lagi bagus. Sekarang begini kondisinya," katanya.
Suharto berharap keberadaan kapal besar ini bisa segera ditertibkan seperti yang dilakukan pemerintah beberapa tahun lalu. Soalnya dengan kemampuan kapal, seharusnya mereka mampu mencari ikan di perairan yang jauh dari pantai.
Ia mengaku keberadaan kapal besar pengguna pukat harimau sebenarnya sempat ditertibkan ketika era Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti. Ketika itu tidak ada kapal yang berani memasuki perairan dan menangkap ikan dengan menggunakan pukat harimau.
Nelayan Bekasi desak pemerintah tertibkan jaring pukat harimau
Kamis, 21 Juli 2022 15:59 WIB