ANTARAJAWABARAT.com, 26/3 - Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) PT Bank Pembangunan Daerah Jabar Banten (Bank BJB) menetapkan pembagian deviden tahun buku 2011 senilai Rp592 miliar atau masing-masing Rp61,07 per lembar saham.
"Total deviden yang dibagikan kepada pemegang saham pada RUPS kedua Bank BJB ditetapkan sebesar 62,5 persen dari total keuntungan Rp962,7 miliar atau sebesar Rp592 miliar untuk 9,7 miliar saham, artinya Rp61,07 per lembar saham," kata Direktur Utama Bank BJB Bien Subiantoro seusai RUPS bank itu di Bandung, Senin.
Bien menyebutkan, keuntungan Bank BJB pada Desember 2011 sebesar Rp962,70 miliar, atau meningkat dibandingkan keuntungan pada 2010 yang mencatat laba Rp890,23 miliar.
Lebih lanjut ia menyebutkan, jumlah keuntungan perseroan yang dibagikan dalam bentuk deviden bagi pemegang saham pada tahun buku 2011 itu sebesar 62,5 persen, meski prosentasenya lebih kecil dari 2010 sebesar 65 persen, namun secara nominal nilai yang diterima pemegang saham naik lima persen.
RUPS Bank BJB dihadiri oleh Gubernur Jabar H Ahmad Heryawan dan Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah serta para bupati/walikota se-Jabar Banten itu selain menetapkan pembagian besaran deviden, juga menetapkan peretujuan laporan tahunan perseroan tahun 2011, pemberian kuasa kepada komisaris untuk penunjukkan kantor akuntan publik, penetapan renumerasi dewan komisaris dan direksi serta persetujuan kenaikan manfaat dana pensiunan.
Pada kesempatan itu, Direktur Utama Bank BJB itu menyebutkan, posisi keuangan bank pembangunan daerah itu per Desember 2011 mencatat peningkatan asset sebesar Rp11 triliun atau 25,33 persen dari Rp43,45 triliun pada 31 Desember 2010 menjadi Rp54,45 triliun paad Desember 2011.
Selain itu, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) juga meningkat sebesar Rp10,19 triliyn atau 27,49 persen dari Rp37,07 triliun (2010) menjadi Rp47,26 triliun pada 2011.
"Kenaikan aset dan DPK juga diimbangi dengan penyaluran dana atau pembiayaan sebesar 23,49 persen dari Rp38,87 triliun pada 2010 menjadi Rp48,09 triliun pada 2011," kata Bien.
Sedangkan dari rasio kecukupan modal (CAR) Bank BJB masih cukup tinggi sebesar 18,36 miliar. Dengan pembagian deviden kemungkinan CAR kemungkinan turun menjadi 17 persen. Dengan perbandian rasion kecukupan modal sebanyak itu, memungkinkan Bank BJB terus meningkatkan ekspansi kreditnya.
Terlebih dari kondisi kredit macet atai Npl jauh menurun menjadi 1,21 perse, atau turun drastis dibanding tahun 2010 yang masih di kisaran 1,9 persen.
"Dengan CAR sekitar 18,36 persen, atau menjari 17 persen setelah ada pembagian deviden, maka ekspansi kredit masih bisa dilakukan. Kami belum akan melakukan penawaran saham terbatas (right issue), dana masih besar dan ekspansi kredit masih sangat memungkinkan," kata Bien.
Lebih lanjut, orang nomor satu di Bank BJB itu menyebutkan, pihaknya terus melakukan ekspansi bisnis dan juga perluasan jaringan antara lain dengan pembukaan kantor cabang baru di luar provinsi, penambahan kantot cabang pembantu serta menambah layanan ATM.
Selain itu juga melakukan pembangunan infrastruktur layanan untuk bisa meningkatkan layanan online dengan kantor cabang, serta melayani pembayaran internasional.
"Ekspansi dan perluasan jaringan dengan membuka kantor cabang baru dan tambah ATM jelas menambah biaya operasional yang tidak sedikit, sehingga biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) tinggi yakni 72,95 persen, tapi itu wajar karena perluasan jaringan Bank BJB kami lakukan besar-besaran," kata Direktur Bank BJB itu menambahkan.
Terkait pengembangan layanan transaksi internasional, Direktur Trasure dan Institusional Yohansyah menyatakan hampir seluruh kantor cabang bank itu sudah bisa melayani transaksi
"Layanan transaksi internasional dioptimalkan, salah satunya layanan remiten dari Timur Tengah, Malaysia dan beberapa negara Asia lainnya. Sedangkan untuk pembukaan cabang di luar negeri belum kami rencanakan," kata Yohansyah menambahkan.***2***