Menurutnya, kebangkitan radikalisme dan ekstremisme di Indonesia dapat dilihat dari kemunculan kelompok penganut kedua paham itu. Kelompok itu, ujar dia, kerap berpandangan dan bertindak secara radikal serta ekstrem karena dikonstruksi oleh tafsir keagamaan yang sempit. Kemudian, ekstremisme agama itu melahirkan “politik antisemua”, kecuali pada kelompok dan keyakinan mereka sendiri.
‘’Mereka menolak dan memusuhi sistem sosial yang multikultural, Pancasila, NKRI, hingga pemerintahan yang menjalankan mandat rakyat yang dipilih secara demokratis,’’ jelas dia.
Oleh karena itu, Ahmad Basarah menilai kondisi seperti itu mengkhawatirkan. Kelompok tersebut, menurutnya, dapat menggunakan strategi "kudeta merangkak konstitusional" dengan memanfaatkan hak bicara, berkumpul, dan berpendapat untuk menyerang pemerintah yang sah dan simbol-simbol negara.
Selain itu, mereka juga bisa mempropagandakan ideologi yang dianutnya kepada generasi muda.
Secara perlahan, kata Ahmad Basarah, target mereka adalah menghancurkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Untuk itu, Ahmad Basarah meminta golongan kebangsaan dan golongan keagamaan untuk terus memperkuat sinergi, bahkan dapat melibatkan TNI atau Polri bersatu mengatasi ancaman terhadap ideologi bangsa.
Ahmad Basarah menyampaikan, berdasarkan catatan historis, sinergi ketiga elemen strategis bangsa Indonesia itu terbukti berhasil merebut dan mempertahankan kemerdekaan, nasionalisme, serta ideologi Pancasila dari semua ancaman.
PA GMNI apresiasi Presiden Jokowi antisipasi ideologi transnasional
Senin, 6 Desember 2021 14:40 WIB