Bandung (ANTARA) - Proyek pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) yang akan transit di Stasiun Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat (Jabar) bisa menjadi peluang investasi hunian yang menggiurkan di kawasan tersebut.
Country Manager Rumah.com Marine Novita, dalam siaran persnya, Kamis, mengatakan keputusan KCJB menjadikan Stasiun Padalarang sebagai stasiun penghubung karena pertimbangan demografi, komersial, dan infrastruktur area Padalarang yang memadai serta untuk menyasar penumpang yang berasal dari Bandung bagian barat.
"Keputusan ini dapat mengembangkan kawasan sekitar, dimana lokasi tersebut berada di wilayah Kabupaten Bandung Barat (KBB) yang tengah berkembang pesat," kata dia.
Kabupaten Bandung Barat sebagai wilayah yang secara resmi berdiri pada tahun 2007 kini tengah menggeliat dan berkembang sangat cepat.
Kabupaten ini memiliki wilayah seluas 1.305,77 kilometer persegi dengan pusat pemerintahan di Kecamatan Ngamprah yang terletak di jalur Bandung-Jakarta.
"Perkembangan pesat wilayah KBB mulai terasa sejak tahun 2000, dengan pengembangan Kota Baru Parahyangan (KBP) sebagai proyek hunian kota satelit seluas 1.250 hektare yang menjadi komplek hunian terbesar di wilayah Bandung Raya. Beberapa komplek hunian lain juga muncul di lokasi yang berdekatan. Beberapa titik di wilayah KBB yang mengalami perkembangan paling cepat adalah Padalarang, Lembang, dan Ngamprah,” katanya.
Hingga awal November ini progresnya telah mencapai sekitar 80 persen dan ditargetkan bisa beroperasi pada akhir 2022.
Kereta Cepat Jakarta-Bandung memiliki panjang lintasan 142,3 kilometer dan semula direncanakan untuk berangkat dari Stasiun Halim di Jakarta, singgah di Stasiun Karawang, lalu Stasiun Walini di Bandung Barat, dan berakhir di Stasiun Tegalluar Kabupaten Bandung.
Namun, belakangan Stasiun Walini ditunda dan Kereta Cepat akan transit di Stasiun Padalarang sebagai penghubung menuju kota Bandung sebelum akhirnya sampai di Stasiun Tegalluar Kabupaten Bandung.
Marine menjelaskan bahwa data-data menunjukkan potensi investasi maupun hunian pribadi di Kabupaten Bandung Barat. Salah satu indikatornya, Rumah.com Indonesia Property Market Index (RIPMI) untuk indeks harga rumah di Bandung Barat belum merangkak naik
Pada Q3 2021, indeks harga rumah di Bandung Barat mengalami penurunan sebesar 3,2 persen (quarter-to-quarter). Sedangkan secara tahunan, indeks harga rumah di Bandung Barat juga turun cukup signifikan sebanyak 9 persen (year-on-year).
Kendati demikian, penurunan dari sisi indeks harga tidak terjadi untuk indeks suplai yang justru meningkat tajam.
Pada Q3 2021 indeks suplai rumah mengalami kenaikan sebesar 23,5 persen secara kuartalan dibandingkan Q2 2021. Bahkan yang lebih menarik adalah indeks suplai rumah di Bandung Barat berhasil meningkat sebanyak 111,2 persen secara tahunan,” terang Marine.
Data Rumah.com Indonesia Property Market Index (RIPMI) tersebut memiliki akurasi yang cukup tinggi untuk mengetahui dinamika yang terjadi di pasar properti di Indonesia, karena merupakan hasil analisis dari 600.000 listing properti dijual dan disewa dari seluruh Indonesia, dengan lebih dari 17 juta halaman yang dikunjungi setiap bulan dan diakses oleh lebih dari 5,5 juta pencari properti setiap bulannya.
Sementara jika ditinjau dengan skala lebih luas, berdasarkan data Rumah.com Indonesia Property Market Index (RIPMI), pada Q3 2021, indeks harga rumah di Bandung meningkat sebanyak 1,4 persen secara kuartalan.
Sedangkan secara tahunan, indeks harga rumah di Bandung naik sebesar 4,3 persen (year-on-year) pada Q3 2021.
RIPMI juga mengamati pergerakan indeks suplai rumah di Bandung dalam satu periode terakhir. Tercatat, pada Q3 2021, indeks suplai rumah meningkat signifikan sebanyak 13,6 persen (quarter-to-quarter) dibandingkan Q2 2021.
Peningkatan indeks suplai pun tak hanya terjadi secara kuartalan, namun juga secara tahunan. Bahkan peningkatan indeks suplai rumah di Bandung secara tahunan sangat tajam, yakni mencapai 65,6 persen (year-on-year) di Q3 2021.
Marine menambahkan bahwa adanya kenaikan indeks suplai rumah di wilayah Bandung secara umum dan Bandung Barat secara khusus mengindikasikan bahwa terjadi pemulihan tren properti.
Selain itu indeks suplai rumah yang meningkat tajam tentunya juga mengindikasikan bahwa demand atau permintaan pasar mulai menguat.
Kondisi ini sejalan dengan membaiknya pandemi COVID-19 di Indonesia, khususnya pada area Jawa-Bali.
Selain itu kepercayaan diri pengembang untuk menghadirkan produk rumah tapak ke pasar juga dilatarbelakangi oleh persentase vaksinasi yang terus menguat dimana sampai dengan minggu pertama November 2021, penyuntikan vaksin Covid-19 telah mencapai lebih dari 200 juta suntikan.
Menurut Marine, wilayah Bandung Barat saat ini menjadi area yang prospektif bagi para pencari hunian. Apalagi lokasinya sangat strategis dan terkoneksi dengan akses Tol Purbaleunyi dan Tol Cipularang maupun Kereta Cepat Jakarta-Bandung yang dijadwalkan untuk selesai akhir tahun 2022 mendatang.
Dengan indeks harga yang trennya belum mengalami kenaikan sementara indeks suplai sedang naik tajam merupakan kesempatan yang bagus bagi pencari hunian yang membutuhkan dan sudah siap untuk melakukan pembelian, atau bagi investor yang akan menambah portofolio investasinya.
"Para pencari hunian di wilayah Bandung Barat yang pertama kali akan membeli rumah bisa mendapatkan berbagai informasi yang dibutuhkan, mulai dari informasi seputar dan rencana infrastruktur wilayah hunian yang menjadi incaran, informasi perbandingan harga properti satu lokasi yang sama maupun di sekitarnya, maupun simulasi KPR, kesemuanya bisa didapatkan di Rumah.com," kata Marine.
Baca juga: Stasiun Padalarang bantu integrasi kereta cepat dengan pengguna
Baca juga: PLN siapkan Gardu Induk Padalarang dukung proyek kereta cepat
Baca juga: Lima jalan layang dibangun dari Padalarang hingga Kebon Kawung
KCIC transit di Padalarang jadi peluang investasi hunian
Kamis, 11 November 2021 21:58 WIB