Chicago (ANTARA) - Harga emas turun tajam mencapai level terendah tujuh minggu pada akhir perdagangan Selasa waktu setempat (Rabu pagi WIB), karena dolar menguat dan imbal hasil obligasi pemerintah AS melonjak di tengah ekspektasi kenaikan suku bunga Federal Reserve yang lebih cepat dari perkiraan.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Desember di divisi Comex New York Exchange, jatuh 14,5 dolar AS atau 0,83 persen menjadi ditutup pada 1.737,50 dolar AS per ounce. Sehari sebelumnya, Senin (27/9/2021), emas berjangka naik tipis 0,3 dolar AS atau 0,02 persen menjadi 1.752 dolar AS.
Emas berjangka juga sedikit menguat 1,9 dolar AS atau 0,11 persen menjadi 1.751,70 dolar AS pada Jumat (24/9/2021), setelah anjlok 29 dolar AS atau 1,63 persen menjadi 1.749,80 dolar AS pada Kamis (23/9/2021), dan menguat 0,6 dolar AS atau 0,03 persen menjadi 1.778,80 dolar AS pada Rabu (22/9/2021).
"Plot titik yang ditetapkan oleh anggota FOMC (Komite Pasar Terbuka Federal) menandakan kenaikan suku bunga Fed yang lebih awal dari perkiraan, dan pergerakan yang lebih tinggi melintasi kurva imbal hasil terus berdampak negatif pada emas," kata Bart Melek, kepala strategi komoditas di TD Securities.
Suku bunga yang lebih tinggi meningkatkan peluang kerugian memegang emas yang tidak memberikan imbal hasil.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun yang jadi acuan naik kembali di atas 1,5 persen, level tertinggi dalam lebih dari tiga bulan, dengan pasar mulai memperhitungkan inflasi masa depan yang lebih tinggi.
Beberapa investor memandang emas sebagai lindung nilai terhadap inflasi yang lebih tinggi yang dapat mengikuti langkah-langkah stimulus, tetapi imbal hasil obligasi pemerintah yang lebih tinggi menumpulkan beberapa daya tarik komoditas yang tidak memberikan imbal hasil.
Ketua Fed Jerome Powell mengatakan pada Selasa (28/9/2021) bahwa ekonomi AS masih jauh dari mencapai pekerjaan maksimum, komponen kunci dari persyaratan bank sentral untuk menaikkan suku bunga.
Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang rivalnya naik 0,4 persen, membuat emas lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
“Dolar telah terapresiasi lebih lanjut selama beberapa hari terakhir, yang menambah tekanan pada harga emas. Pelaku pasar tampaknya memperkirakan kenaikan suku bunga lebih awal akan dilaksanakan oleh The Fed," kata analis Commerzbank dalam sebuah catatan.
Sementara itu, lembaga riset The Conference Board yang berbasis di AS melaporkan pada Selasa (28/9/2021) bahwa indeks kepercayaan konsumen AS merosot ke 109,3 pada September, terendah tujuh bulan dan turun dari revisi 115,2 pada Agustus. Ini memberikan beberapa dukungan bagi emas.
Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Desember turun 22,7 sen atau satu persen, menjadi ditutup pada 22,467 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Januari turun 15,9 dolar AS atau 1,63 persen menjadi ditutup pada 961,9 dolar AS per ounce.
Baca juga: Harga emas nyaris tak berubah tertekan penguatan dolar, imbal hasil tinggi
Baca juga: Harga emas naik ditopang pelemahan dolar dan berlanjutnya risiko Evergrande
Baca juga: Harga emas anjlok 29 dolar tertekan kenaikan imbal hasil dan suku bunga Fed