Jakarta (ANTARA) - Emiten teknologi, PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI) atau Surge melalui anak usahanya PT Integrasi Jaringan Ekosistem (Weave) sedang dalam proses perampungan jaringan serat optik sepanjang jalur kereta di seluruh Pulau Jawa untuk mengoptimalkan penyediaan jaringan internet berkualitas di Tanah Air.
Metode tersebut diklaim lebih superior daripada membangun serat optik di sepanjang jalan raya.
Keamanan jaringan menjadi fokus utama di mana pemasangan serat optik sepanjang rel kereta memiliki risiko gangguan yang sangat minim karena dibangun di area steril jika dibandingkan membangun jaringan serat optik pada jalan raya.
"Keunggulan pemasangan serat optik sepanjang rel kereta di lahan yang dimiliki oleh PT KAI cenderung lebih cepat pengerjaannya, lebih aman, dan lebih minim gangguan dibandingkan dengan pemasangan serat optik pada umumnya," kata CEO Surge Hermansjah Haryono dalam keterangan di Jakarta, Selasa.
Menurut dia, ini menjadi keunggulan kompetitif bagi perusahaan dalam menghadirkan konektivitas dengan kecepatan tinggi dan reliabel.
"Semoga hal ini bisa menjawab kebutuhan pelaku dan masyarakat atas konektivitas berkecepatan tinggi yang handal dan minim gangguan," katanya.
Hermansjah menyampaikan, pengembangan jaringan serat optik tersebut didesain untuk menghasilkan jaringan infrastruktur yang lancar, berkapasitas bandwidth besar, serta kestabilan konektivitas dengan latency yang rendah.
Selain itu, infrastruktur jaringan itu dapat menjangkau seluruh daerah, sehingga pengguna dapat menikmati layanan konektivitas yang dapat diandalkan tanpa harus khawatir akan gangguan-gangguan buffering, lagging, dan lainnya.
Penggelaran jaringan serat optik di sepanjang jalur kereta di Pulau Jawa terbagi dalam enam ring. Tujuan digunakannya sistem ring (loop system) adalah untuk memberikan jaminan kehandalan dalam jaringan yang dibangun. Apabila terjadi suatu risiko pada salah satu ring, maka akan dilayani oleh ring lainnya, sehingga menjadi kesatuan ekosistem ring yang saling menutupi.
Proteksi terhadap gangguan konektivitas telekomunikasi juga dibuat secara multiple protection dengan teknologi sistem Dense Wavelength Division Multiplexing (DWDM) teranyar dan Automatically Switched Optical Network (ASON). Melalui teknologi tersebut, proteksi jalur serat optik dijaga secara berlapis oleh seluruh enam ring yang ada.
COO Weave Massigit Dian Santoso menambahkan, para pengguna layanan jaringan serat optik perseroan tidak perlu khawatir akan gangguan layanan yang diberikan, karena selain jaringannya dibangun di sepanjang rel kereta yang minim gangguan, jaringan tersebut dibuat berlapis dengan perlindungan enam ring.
"Selain itu sistem kami juga didukung oleh teknologi ASON yang memberikan perpindahan otomatis melalui jalur ring berikutnya apabila terjadi gangguan secara dinamis," ujar Massigit.
Konektivitas telah menjadi kebutuhan utama masyarakat Indonesia saat ini selain sandang, pangan, dan papan. Berdasarkan survei dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), jumlah pengguna internet meningkat dari 55 persen dari populasi pada 2019 menjadi 73,7 persen pada 2020, dan masih akan terus meningkat seiring dengan masa pemulihan pandemi yang masih berlangsung.
Seluruh penyedia layanan komunikasi data, khususnya penyedia layanan internet pun berlomba untuk menghadirkan koneksi internet yang dapat lebih diandalkan. Pembangunan jaringan serat optik sebagai backbone komunikasi data menjadi kebutuhan yang tidak terelakkan dalam menghadirkan layanan terbaik dalam konektivitas.
Perkiraan terbaru dari Bank Dunia menyebutkan perkiraan total jumlah pelanggan fixed broadband di Indonesia sekitar 9,7 juta, yakni baru sebesar 4 persen dari populasi atau 16 persen rumah tangga. Indonesia masih tertinggal dengan beberapa negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, Thailand dan Vietnam pada tingkat penetrasi fixed broadband maupun mobile broadband berkecepatan tinggi(4G/LTE).
Selain itu, berdasarkan data Kementerian Kominfo baru 36,03 persen desa dan 63,02 persen kecamatan dari seluruh Indonesia yang telah terlewati jaringan kabel serat optik.
Selama ini, sebagian besar jaringan serat optik dibangun pada jalan provinsi maupun jalan kota atau kabupaten.
Karena dibangun di tempat terbuka dan umum, resiko gangguan pada jaringan sering terjadi seperti yang dirasakan oleh para pengguna sehingga menyulitkan aktivitas daring masyarakat yang saat ini semakin marak setelah pandemi.
Risiko-risiko tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi penyedia layanan jaringan serat optik dalam memberikan service level yang optimal di tengah kebutuhan masyarakat yang meningkat pesat atas penyediaan jaringan internet berkualitas.
Baca juga: DPRD Jabar soroti masalah regulasi jaringan fiber optik
Baca juga: Jabar bangun jaringan serat optik 3.000 Kilometer
Baca juga: Polisi Majalengka bekuk dua pencuri kabel optik Telkom