Washington (ANTARA) - Panel Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Jumat merekomendasikan penggunaan koktail antibodi COVID-19 buatan Regeneron dan Roche pada pasien yang berisiko tinggi mendapat perawatan di rumah sakit dan mereka yang sakit parah namun tak memiliki antibodi alami.
Koktail antibodi merupakan campuran cairan yang memiliki dua sumber antibodi.
Perawatan dengan koktail antibodi itu telah mendapat izin untuk penggunaan darurat.
Terapi itu menarik perhatian ketika digunakan untuk mengobati mantan Presiden Donald Trump yang terinfeksi COVID-19 tahun lalu.
Eropa sedang meninjau terapi tersebut, sementara Inggris menyetujuinya bulan lalu.
Dalam pernyataan terpisah, WHO meminta Regeneron untuk menurunkan harga koktail tersebut dan mendistribusikannya secara adil di seluruh dunia, terutama di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.
WHO juga mendesak kedua perusahaan untuk mentransfer teknologi pembuatan obat biosimilar (obat biologis yang dibuat mirip dengan obat aslinya)
Terapi yang dikenal sebagai Ronapreve itu (REGEN-COV di AS) menghasilkan pendapatan yang besar bagi Regeneron.
Regeneron mencatat penjualan REGEN-COV senilai 2,59 miliar dolar AS (Rp36,9 triliun) pada kuartal kedua.
Regeneron akan memasok 1,4 juta dosis tambahan REGEN-COV kepada pemerintah AS pada 31 Januari dengan harga 2.100 dolar AS (Rp29,9 juta) per dosis.
Organisasi kemanusiaan medis internasional Medecins Sans Frontieres (MSF) menuntut kepastian akses yang terjangkau dan berkelanjutan ke obat-obatan yang menyelamatkan jiwa selama pandemi.
Pedoman WHO, yang diterbitkan dalam British Medical Journal (BMJ), didasarkan pada data dari penelitian di Inggris dan tiga uji coba lainnya yang belum ditinjau oleh rekan sejawat.
Pada Juni, terapi yang menggunakan koktail antibodi COVID-19 Regeneron di Inggris mengurangi kasus kematian pada pasien rawat inap yang tidak memiliki sistem kekebalan tubuh terhadap virus corona.
Koktail itu menggunakan kombinasi casirivimab dan imdevimab dan didasarkan pada antibodi monoklonal.
Antibodi monoklonal merupakan protein buatan laboratorium yang meniru kemampuan sistem kekebalan tubuh untuk melawan patogen berbahaya seperti virus.
Sumber : Reuters
Baca juga: Studi vaksin India: Antibodi COVID turun drastis setelah 4 bulan vaksinasi
Baca juga: Regdanvimab jadi terapi antibodi monoklonal pertama di Indonesia
Baca juga: Antibodi vaksin COVID China kurang efektif melawan varian Delta