New Delhi (ANTARA) - Sebuah studi yang dilakukan terhadap 100 tenaga kesehatan di tiga pusat di India menemukan bahwa varian Delta delapan kali kurang peka terhadap antibodi yang dihasilkan oleh vaksin COVID-19, demikian dilaporkan media setempat, Senin (5/7).
Penelitian itu, yang dinamai "Sars-Cov-2 B.1.617.2 Deltavariant Emergence and Vaccine Breakthrough: Collaborative Study", juga menemukan bahwa varian tersebut memiliki kapasitas yang jauh lebih tinggi untuk menginfeksi orang lebih banyak.
Studi kolaboratif India itu dilakukan bersama dengan ilmuwan dari Cambridge Institute of Therapeutic Immunology and Infectious Disease (CITIID).
"Varian Delta B16172 tidak hanya mendominasi infeksi terobosan vaksin dengan viral load pernapasan yang lebih tinggi dibanding infeksi non-delta, namun juga menghasilkan penularan yang lebih luas di antara petugas kesehatan yang divaksin lengkap, dibandingkan dengan varian lainnya B117 (varian Alpha) atau B16171 (varian Kappa)," menurut temuan studi tersebut.
Riset itu mengungkapkan bahwa varian Delta kurang peka terhadap antibodi penetral dari penyintas, dengan "efisiensi replikasi yang lebih tinggi" dibandingkan varian Alpha.
Sumber: Xinhua
Baca juga: Kematian akibat COVID-19 di India 400.000 jiwa lebih
Baca juga: Desa India dirikan kuil untuk "Dewi Corona" demi selamat dari virus, bagaimana hasilnya?
Baca juga: Jumlah kasus COVID-19 India tembus angka 28 juta