Depok (ANTARA) - Kepala Departemen Urologi FKUI-RSCM Dr. dr. Irfan Wahyudi, Sp.U (K) mengatakan deteksi dini kasus kanker prostat di Indonesia belum optimal, sehingga sebagian besar pasien didiagnosis ketika sudah pada stadium lanjut.
“Salah satu tahapan penting dalam memulai tata laksana kanker prostat adalah deteksi dini dan ini harus dilakukan sesegera mungkin," kata Irfan Wahyudi dalam keterangannya yang diterima di Depok, Rabu.
Ia mengatakan pasien kanker prostat yang didiagnosis dan ditata laksana pada stadium dini, ternyata memiliki angka harapan hidup selama 10 tahun, mencapai di atas 90 persen.
Angka ini, kata dia, akan menurun sampai menjadi 50 persen apabila ditemukan pada stadium lanjut.
Di Indonesia saat ini terdapat cukup banyak angka kejadian kasus kanker prostat baru yang ditemukan dalam stadium lanjut, oleh karena itu perlu dilakukan upaya program deteksi dini yang lebih baik dan efisien.
Tercatat, menurut beberapa publikasi terakhir menunjukkan kebanyakan pasien datang pada saat stadium 4. Kebanyakan dari mereka datang/terdiagnosa pada usia 60-79 tahun,.
Ia juga menerangkan gerakan kenali prostatmu diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat Indonesia untuk peduli terhadap penyakit ini sekaligus segera melakukan deteksi dini jika mencurigai adanya gejala tertentu pada pria.
Ketua Prostate Cancer Awareness Month, dr. Agus Rizal Ardy Hariandy Hamid, Sp. U (K) Ph.D., mengatakan kanker prostat dapat terjadi pada seseorang karena faktor usia, ras, riwayat keluarga, perubahan gen, sindrom metabolik seperti diabetes, kolesterol dan juga obesitas.
Selain itu, gaya hidup yang tidak sehat seperti kebiasaan merokok, pola diet yang tidak baik serta kurangnya seseorang dalam berolahraga dapat meningkatkan risiko terkena kanker prostat pada pria.
“Sebagian besar pasien dengan kanker prostat stadium awal tidak menyadari adanya gejala. Gejala terkadang baru dirasakan pasien saat kanker sudah menyebar ke organ lainnya," katanya.
Gejala yang dikeluhkan meliputi gangguan berkemih, adanya darah pada urin atau air mani, disfungsi ereksi, sakit pada pinggang, punggung dan tulang iga, kelemahan pada tungkai/kaki dan ketidakmampuan mengontrol kandung kemih.
"Kanker prostat juga dapat menyebar ke organ-organ terdekat, seperti kandung kemih, tulang atau organ lain. Kanker prostat yang menyebar ke tulang dapat menyebabkan nyeri dan patah tulang,” katanya.
Ia menambahkan deteksi dini pada kanker prostat dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu anamnesa dengan melihat riwayat medis dari pasien dan juga keluarganya, melakukan pemeriksaan fisik seperti misalnya Digital Rectal Exam (DRE) atau colok dubur untuk menilai dan melihat ukuran prostat, konsistensi, bentuk, serta ada atau tidaknya abnormalitas bentuk pada prostat, dan juga dapat dilakukan pemeriksaan lab dengan melakukan pemeriksaan Prostate Spesific Antigen (PSA).
“Prostate Spesific Antigen (PSA) merupakan pemeriksaan darah yang penting pada skrining kanker prostat dengan nilai sensitivitas sebesar 21persen dan nilai spesifisitas sebesar 91persen.Nilai ini dapat meningkat apabila terdapat pembesaran pada prostat jinak, prostatitis, dan kondisi jinak lainnya," katanya.
Seseorang dikatakan memiliki risiko kanker prostat yang rendah apabila mendapatkan nilai PSA dibawah 4 ng/ml. risiko terkena kanker prostat akan meningkat seiring dengan peningkatan nilai PSA. Skrining untuk kanker prostat dapat mulai dilakukan bagi pria berusia di atas 45 tahun dengan riwayat kanker prostat pada keluarganya dan pria berusia di atas 50 tahun yang memiliki keluhan gangguan berkemih.
“Setelah melakukan diagnosa pada pasien, pasien yang terdiagnosa mengidap kanker prostat harus menjalani beberapa terapi tergantung pada stadium apa kanker ini terdiagnosa. Pada kanker prostat stadium rendah dapat dilakukan pemantauan ketat, operasi dan radioterapi," katanya.
Untuk kasus kanker prostat stadium lanjut yang terlokalisir akan dilakukan radioterapi pada pasien. Sedangkan untuk kasus kanker prostat yang sudah menyebar, dilakukan terapi Hormonal dan juga kemoterapi.
"Agar menurunkan risiko kanker prostat, masyarakat dapat melakukan beberapa tindakan pencegahan seperti dengan melakukan diet sehat tinggi buah dan sayuran, memilih makanan sehat dibandingkan supplemen, melakukan olahraga secukupnya, menjaga berat badan, dan dengan melakukan konsultasi dengan dokter," katanya.
Rumah Sakit Universitas Indonesia memiliki berbagai pelayanan untuk meningkatkan deteksi kanker prostat, mulai dari medical check-up (MCU) prostat, Magnetic resonance imaging (MRI) 1.5 T, skrining PSA gratis (mulai tanggal 13 September 2021 sampai 1 Oktober 2021), sampai biopsi prostat robotik yang dapat meningkatkan tingkat akurasi deteksi kanker prostat.
Masyarakat dapat mengakses https://rs.ui.ac.id/umum/landingpage untuk mendapatkan layanan informasi lebih lengkap.
Baca juga: Gangguan prostat tak berkorelasi dengan kemandulan, kata dokter urologi
Baca juga: RSUI berhasil operasi pembesaran prostat tanpa bekas sayatan
Baca juga: Kanker prostat penyebab terbanyak kematian pada pria, kata dokter
Deteksi dini kasus kanker prostat belum optimal, ini dampaknya
Kamis, 9 September 2021 6:17 WIB