Jakarta (ANTARA) - China berjanji tak akan membiarkan atlet peraih medali mereka mengenakan pin Mao Zedong di podium Olimpiade Tokyo setelah dua atlet balap sepeda mereka diberi peringatan atas potensi pelanggaran aturan anti-propaganda.
Bao Shanju dan Zhong Tianshi, juara balap sepeda trek nomor sprint beregu putri, tampak mengenakan pin kecil berwarna merah dengan profil emas dari mendiang pemimpin China itu saat upacara pengalungan medali pada Senin.
Komite Olimpiade Internasional (IOC) meninjau ulang kejadian itu, mengingat aturan yang melarang propaganda politik, agama, atau rasial, tapi mereka mengatakan telah mendapat jaminan dari China.
"Di China, kami telah menerima klarifikasi dan para atlet tersebut telah diperingatkan," kata Christian Klaue, direktur komunikasi korporat dan humas IOC, seperti dikutip AFP, Sabtu.
"Kami juga telah menerima jaminan bahwa itu tidak akan terjadi lagi. Dengan ini, IOC mempertimbangkan kasus ini selesai," kata dia dalam jumpa pers.
Klaue tidak mengklarifikasi apakah IOC menganggap perilaku itu telah melanggar aturan mereka.
Untuk Olimpiade Tokyo, IOC telah melonggarkan aturan terkait gestur atau ekspresi bermuatan politik, seperti ketika atlet berlutut untuk melawan rasisme sebelum Olimpiade berlangsung.
Akan tetapi gestur seperti itu tetap terlarang di podium.
IOC pada awalnya mengatakan mereka akan meninjau ulang kasus atlet Amerika Serikat peraih medali perak tolak peluru Raven Saunders, yang mengangkat lengannya membentuk huruf X di podium yang disebut sebagai pesan solidaritas terhadap "orang-orang tertindas".
Akan tetapi IOC menangguhkan tinjauannya setelah Saunders mengungkapkan kematian dari ibundanya.
Baca juga: Pin Mao Zedong atlet China dipermasalahkan IOC