Garut (ANTARA) - Petani kopi di Kabupaten Garut, Jawa Barat tetap produktif untuk memasok kebutuhan pasar lokal maupun luar kota di tengah pandemi COVID-19, apalagi saat ini nilai jual kopi cukup tinggi karena terjadi persaingan di pasaran.
"Kalau produksi tetap berjalan kang, malah beberapa bulan yang lalu harga ceri sempat naik mencapai Rp7.500 sampai dengan Rp8 ribu per kg," kata Kepala Bidang Perkebunan, Dinas Pertanian Kabupaten Garut Ardhy Firdian di Garut, Kamis.
Ia menuturkan selama pandemi COVID-19, termasuk saat diterapkan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat, kegiatan petani kopi tetap berjalan seperti biasa.
Hasil panen kopi di Garut tetap berjalan seperti biasa memasok ke berbagai daerah, bahkan ada juga pengumpul yang datang langsung ke Garut saat pandemi COVID-19 ini.
"Yang pasti distribusi barang relatif lancar dan permintaan juga tidak akan jauh berbeda seperti tahun sebelumnya," kata Ardhy.
Ia menyampaikan nilai jual ceri kopi terjadi kenaikan mencapai Rp8 ribu per kg, harga tersebut cukup tinggi dibandingkan sebelumnya paling tinggi hanya Rp6 ribu per kg.
"Tahun lalu harga ceri mentok diangka Rp6 ribu," katanya.
Menurut dia nilai jual ceri kopi dengan harga tinggi itu karena banyaknya pengumpul dari luar kota yang bersaing untuk membeli langsung ke petani dengan jumlah banyak.
"Informasinya ada pengumpul dari luar daerah yang masuk ke Garut dan membeli ceri dalam jumlah yang cukup banyak," katanya.
Ia menyampaikan kopi yang banyak dicari di Garut yakni jenis kopi arabika, sedangkan jenis kopi robusta permintaannya relatif stabil dengan harga Rp3.500 sampai Rp4.000 per kg ceri kopi.
Terkait luas lahan kopi di Garut, kata Ardhy, terjadi penambahan seluas 55,75 hektare sehingga luas totalnya menjadi 5.841,5 hektare dengan jumlah produksi sebanyak 2.949 ton setara greenbean.
Pelaku usaha kopi produk "Paricoffee" di Kampung Nagrak Wetan, Desa Mangkurakyat, Kecamatan Cilawu Garut, Feri Ferdiansyah menyatakan usahanya terus berupaya bertahan untuk memproduksi kopi memenuhi permintaan pasar meskipun saat ini ada penurunan karena banyak kafe yang tutup dampak pandemi COVID-19.
"Terdampak jelas ada, tapi kami berusaha untuk tetap 'survive' berkolaborasi dengan teman-teman yang bergerak di 'marketplace'," katanya.
Baca juga: Pemkab Garut siapkan bantuan uang tunai bagi PKL terdampak PPKM
Baca juga: Pemkab Garut perpanjang PPKM