Jakarta (ANTARA) - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mendorong lembaga perguruan tinggi di Indonesia segera menghasilkan oksigen konsentrator yang sedang dibutuhkan selama pandemi COVID-19.
"Saya yakin di sini ada perguruan tinggi-perguruan tinggi hebat yang bisa menciptakan itu (oksigen konsentrator) sesegera mungkin karena itu juga tidak membutuhkan teknologi tinggi," ujar Muhadjir dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu.
Muhadjir mengatakan masalah kekurangan oksigen untuk penanganan pasien COVID-19 terus diupayakan pemerintah. Bukan hanya mendorong industri untuk mengoptimalkan produksi oksigen dalam rangka pemenuhan kebutuhan bidang kesehatan, tetapi juga perguruan tinggi.
Muhadjir menjelaskan bahwa Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Dardak telah menghubungi sejumlah perguruan tinggi di di wilayah setempat, terutama yang memiliki fakultas teknik untuk memproduksi oksigen konsentrator.
Oksigen konsentrator merupakan alat yang dapat mengonversi udara menjadi oksigen medis dengan saturasi di atas 93 persen hanya dengan disambungkan atau dicolokkan langsung ke aliran listrik.
Oksigen konsentrator yang diciptakan perguruan tinggi, menurut Muhadjir, dapat membantu mengantisipasi kekurangan pasokan oksigen. Tidak hanya di rumah sakit, tetapi juga pasien COVID-19 yang sedang melakukan isolasi mandiri (isoman).
"Untuk di Jawa Timur kondisinya relatif sudah cukup baik, hanya masalahnya bagaimana memastikan mereka yang sedang menjalani isolasi mandiri yang memang suatu saat butuh bantuan oksigen agar bisa tertangani dengan baik," ujarnya.
Lebih lanjut, Menko PMK mengimbau kepada masyarakat yang telah membeli oksigen dan menyimpannya di rumah agar dapat meminjamkan tetangganya yang sedang isoman dan membutuhkan oksigen. Sedangkan untuk tabung yang kosong supaya segera dikembalikan.
"Jangan disimpan karena dengan disimpan itu menyebabkan kita banyak sekali kekurangan tabung oksigen. Kita tahu seperti di rumah sakit lapangan itu tidak mungkin disuplai oksigen likuid dengan tanki-tanki yang besar itu, tetapi pakai tabung yang kecil-kecil. Kalau itu kemudian hilang dari pasar akan menyulitkan kita semua," katanya.
Baca juga: Pemerintah sudah pesan 10 ribu tabung oksigen konsentrator dari Singapura
Baca juga: Pupuk Kujang bantu oksigen untuk RSUD Kota Bogor
Baca juga: Menkes terima bantuan 1.000 tabung oksigen dan 1 juta vaksin