Ngamprah, 29/10 (ANTARA) - Lima peternak bebek di Kampung Cibingbin RT 03/04 Desa Laksanamekar, Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jabar, bangkrut akibat bebeknya mati terkena libah racun B3 (bahan berbahaya dan beracun).
Peternak menduga PT Inti Colorindo menjadi penyebab matinya bebek sehingga para peternak hingga kini tidak bisa beternak bahkan menganggur, kata peternak bebek, Wahyudin kepada wartawan, Jumat.
"Saya menjadi peternak sejak tiga tahun lalu. Bebek saya yang mati 49 dari 130 ekor pada bulan Mei 2010. Bebeknya mati saat dilepas di persawahan," kata Wahyudin.
Menurutnya, bebek suka berenang di selokan Cinangka meski dirinya mengetahui selokan tersebut sudah tercemar B3. Namun, yang membuat kesal pembuangan limbah B3 dari PT Inti Colorindo selalu dibantah pihak perusahaan yang mengaku perusahaan tersebut hanya gudang penyimpanan bahan kimia bukan produksi bahan kimia.
Ia menjelaskan, warga berkeyakinan PT Inti Colorindo tidak hanya gudang saja tetapi memproduksi bahan kimia yang disembunyikan. "Tak ada pabrik lain selain PT inti Colorindo yang pabriknya sejalur dengan selokan warga. Jaraknya saja dari rumah saya sekitar 300 meter dengan lebar selokan tiga meter," ujarnya.
Matinya bebek milik peternak juga dialami oleh empat tetangganya yakni Ence, Euis, Usman, dan Entas. Akibatnya, mereka juga ikut gulung tikar dengan gejala sebelum bebek mati mengalami lumpuh tidak bisa bergerak hingga empat hari kemudian langsung mati.
Di tempat yang sama Ketua RT 05, Suparman membenarkan, ternak bebek para tetangganya terkena limbah B3. Ia mengungkapkan, izin PT Inti Colorindo adalah gudang penyimpanan bahan kimia namun kenyataannya secara diam-diam memproduksi bahan kimia.
"Bukti di lapangan sangat jelas sebab limbah B3 yang dibuang dari pipa asalnya dari gudang PT Inti Colorindo. Tak ada pabrik lain yang pipanya menjorog dari pabrik ke selokan Cinangka," tuturnya.
Ia menyebutkan, sehari bisa tiga kali pembuangan antara pukul 08.00-11,00 WIB, 13.00-15.00 WIB, dan 17.00 WIB.
Gudang yang berdiri tahun 2000 ini, kata dia, sulit dimintai kopensasi berupa air bersih meski pernah memberikan 1.000 liter air tetapi tidak akan cukup bagi warga RT 05 sebanyak 180 jiwa.
"Air tanah warga sudah kering kerontang karena sudah tersedot perusahaan. Minta kopensasi air saja tidak pernah digubris bahkan hubungan PT Inti Colorindo dengan warga kurang baik. Berbeda dengan perusahaan elektronik PT Sanwa yang selalu memberi air pada kita, padahal mereka tidak mebuang limbah," ungkapnya.
Sementara itu, Koordinator Jejaring Keswadayaan Masyarakat Menjaga Mutu Air Sungai (JKM3AS) Rosadi membeberkan, pipa pembuangan limbah B3 memang agak tersembunyi namun pihaknya langsung mengorek selokan yang ternyata pipa di pendam dibawah tanah.
"Jika perusahaan nekat membuang limbah akan kita tutup saluran tersebut sebab perusahaan selalu berkelit kalau itu bukan miliknya," pungkasnya.***3***