Jakarta (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terjadinya inflasi pada Mei 2021 sebesar 0,32 persen, kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto di Jakarta, Rabu.
"Pada Mei 2021 terjadi inflasi 0,32 persen, karena kenaikan permintaan terasa sekali pada bahan makanan, untuk kebutuhan puasa dan Lebaran," katanya.
Ia menjelaskan komoditas yang menyumbang andil inflasi adalah daging ayam ras, tarif angkutan udara, daging sapi, jeruk, minyak goreng, emas perhiasan, dan tarif angkutan antarkota.
Selain itu ia menambahkan komoditas lainnya yang juga mengalami inflasi pada Mei antara lain nasi dengan lauk, tarif parkir, ayam hidup, tarif kereta api, kelapa dan kentang.
Sementara itu, lanjut dia, komoditas yang menekan pergerakan inflasi dan menyumbang deflasi dalam periode ini antara lain komoditas cabai merah dan cabai rawit.
"Cabai merah menyumbang andil deflasi sebesar 0,07 persen dan cabai rawit menyumbang andil deflasi 0,05 persen," kata Setianto.
Dari 90 kota IHK, sebanyak 78 kota mengalami inflasi dan hanya 12 kota yang menyumbang deflasi pada Mei 2021.
Inflasi tertinggi terjadi di Manokwari sebesar 1,82 persen dan inflasi terendah terjadi di Tembilahan 0,01 persen. Sedangkan, deflasi tertinggi terjadi di Timika sebesar 0,83 persen dan deflasi terendah terjadi di Palembang 0,02 persen.
"Inflasi tinggi di Manokwari dipengaruhi oleh kenaikan tarif angkutan udara, bayam, ikan cakalang, ikan mumar, dan kangkung," ujar Setianto.
Dengan terjadinya inflasi pada Mei, maka inflasi tahun kalender Januari-Mei 2021 tercatat sebesar 0,90 persen dan inflasi tahun ke tahun (yoy) 1,68 persen.
Baca juga: BPS: Cabai sumbang inflasi di Kota Cirebon
Baca juga: Inflasi Januari 2021 capai 0,26 persen dibayangi pandemi COVID
Baca juga: BPS: Cabai dan bawang merah sumbang inflasi di Kota Cirebon