Oleh Fiqih Arfani *)
Seorang pria sekitar 60 tahun berbaju koko putih, berkopiah putih, dan bersarung, duduk bersila di area makam Sunan Ampel.
Kitab kecil bertuliskan Arab yang ia pegang terus dibaca. Mulutnya melafalkan bacaan doa. Sesekali ia berhenti untuk sejenak menarik nafas.
Sekitar setengah jam, ia kemudian keluar area makam.
"Nama saya Rahman, dari Gresik. Hampir tiap tahun saat puasa saya ke sini. Mudah-mudahan dengan berdoa dan mendoakan Sunan Ampel, saya dan keluarga diberi kelancaran rezeki," ujarnya memperkenalkan diri ketika ditemui di kompleks makam Sunan Ampel, Surabaya.
Rahman tak sendiri. ratusan bahkan ribuan orang lain juga berziarah ke makam salah satu dari Wali Songo itu.
Tak berselang lama, suara adzan Maghrib berkumandang. Hampir semua pengunjung dan peziarah berbondong mendatangi Masjid Agung Sunan Ampel di sebelah makam. Di serambi masjid, sudah berjajar ratusan orang hendak berbuka puasa.
"Setiap sore saat bulan puasa, ya seperti ini. Sekalian berziarah, kami juga berbuka dan Shalat Maghrib di sini," ucap Effendi, peziarah asal Surabaya yang mengaku sejak siang berada di sana.
Jemaah yang berbuka puasa di masjid tua itu selalu ramai.
Yang istimewa, setiap berbuka puasa, takmir masjid tak pernah sepersen pun mengeluarkan biaya. Pasalnya, banyak jemaah yang membawa makanan untuk digunakan takjil atau makanan dan minuman pembuka berbuka puasa.
"Alhamdulillah, setiap hari ada saja yang mengantar makanan. Takmir tak mengeluarkan uang sedikit pun. Dan, kejadian seperti itu terjadi setiap hari di bulan puasa," tutur H. Suriansyah, salah satu pengurus masjid.
Berdasarkan catatan abdi sunan, puncak peningkatan pengunjung biasanya ketika bulan Ramadhan sudah memasuki 10 hari terakhir.
"Apalagi kalau malam ganjil, Masjid Agung sudah bisa dipastikan bakal semakin ramai. Tidak hanya istirahat dan berziarah saja, banyak orang yang melakukan itikaf dan mencari malam Lailatul Qodar," kata Suriansyah.
Sementara, Shalat Tarawih di Masjid Agung Sunan Ampel memiliki tradisi khusus setiap tahunnya. Dijelaskan Suriansyah, setiap malam Shalat Tarawih, imam membacakan ayat-ayat Al Quran penuh satu juz.
Artinya, jika pada Ramadhan terjadi 30 hari, maka imam membacanya sebanyak 30 juz atau sama dengan khataman Al Quran.
"Itu sudah tradisi di masjid ini setiap tahun. Bahkan, ketika saya masih kecil dulu, Shalat Tarawih juga sudah seperti itu," ucap pria yang juga Ketua RT 8, Ampel Suci tersebut.
Salah satu imam yang sering menjadi pemimpin Shalat Tarawih di sana adalah KH Qosim Zubair, yang juga pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Quran, di kawasan Petukangan, Surabaya. *
*) Kontributor ANTARA
RAMADHAN DI MASJID DAN MAKAM SUNAN AMPEL
Kamis, 19 Agustus 2010 11:20 WIB