Jakarta (ANTARA) - KTT Pertama tentang Pembangunan Bersama “Belt and Road” Berkualitas Tinggi, meresmikan Laboratorium Riset Bersama Indonesia-China antara GEM-ITB-CSU (Institut Teknologi Bandung-Central South University) dan Akademi Metalurgi Masa Depan GEM-UNU (Universitas Nahdhatul Ulama) Yogyakarta.
GEM sendiri merupakan perusahaan daur ulang terbesar di Tiongkok yang berfokus pada sirkularitas.
Pada kesempatan itu, dua proyek unggulan dari GEM diumumkan secara global sebagai proyek percontohan kolaborasi teknologi dan budaya pertama dalam Platform Aksi “Belt and Road” dengan tujuan memberikan dukungan talenta dan penguatan teknologi demi pembangunan berkelanjutan.
“Kolaborasi antara GEM, ITB, dan CSU berakar dari nilai ESG yang sama, membentuk pencapaian luar biasa yang hanya dapat dicapai melalui kerja sama terbuka Tiongkok-Indonesia,” ujar Pendiri dan Ketua GEM Group Profesor Xu Kaihua dalam acara yang diselenggarakan United Nations Global Compact (UNGC) dan Pemerintah Indonesia, dikutip dari keterangan resmi, Jakarta, Rabu (28/5).
Ia menjelaskan laboratorium ini merupakan platform riset revolusioner yang menghubungkan universitas dan rantai industri.
Dengan sistem inovasi tiga tingkat (laboratorium kecil, skala menengah, skala uji coba), lanjutnya, teknologi metalurgi dapat dikembangkan hingga lokal dan mandiri.
Xu Kaihua meyakini bahan energi baru terbaik dunia di masa depan akan lahir “dari rak buku ke rak toko”, sembari mencetak lebih banyak doktor untuk mendukung industri energi global.
Ada tiga target utama yang hendak dicapai pada tahun 2030. Pertama, menghasilkan lebih dari 100 hasil inovasi dan 500 paten per tahun dengan total 3 ribu paten global pada lima tahun mendatang.
Kedua, mencetak talenta unggul melalui program yang melatih 100 doktor teknik, seribu master, dan 10 ribu tenaga teknis profesional demi mendukung Visi Indonesia Emas 2045.
Terakhir, memberikan energi hijau dengan menyediakan solusi berkelanjutan bagi negara-negara “Belt and Road” dan mendorong transisi global menuju karbon rendah.
Rektor UNU Yogyakarta Profesor Widya menerangkan Akademi Metalurgi Masa Depan Tiongkok-Indonesia adalah pusat unggulan global dalam pendidikan, riset, dan kebijakan metalurgi basah. Dia meyakini akademi ini akan menjadi landasan dalam melatih generasi ahli metalurgi dan mendukung pembangunan berkelanjutan industri metalurgi global.
Begitu pula dengan Rektor ITB Profesor Tatacipta yang menyampaikan rasa terima kasih kepada Xu Kaihua dan GEM atas dukungan terhadap ITB.
Ia menekankan bahwa Laboratorium Riset Bersama Tiongkok-Indonesia telah membawa lompatan signifikan bagi ITB di bidang riset material baru dan energi, sehingga diharapkan tripartit “GEM-ITB-CSU” akan menjadi pionir kolaborasi antara universitas dan industri dalam kerangka “Belt and Road”.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: KTT "Belt and Road" umumkan dua proyek kerja sama Indonesia-Tiongkok