New York (ANTARA) - Harga minyak jatuh sekitar dua persen pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), karena penguncian baru di Eropa memicu kekhawatiran konsumsi bahan bakar serta prospek permintaan pesimis dari OPEC dan sekutunya menjelang pertemuan mereka untuk memutuskan pembatasan produksi.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Mei, yang kontraknya berakhir Rabu (31/3/2021), menetap di 63,54 dolar AS per barel, turun 60 sen atau 0,9 persen. Kontrak berjangka Brent yang lebih aktif untuk pengiriman Juni tergerus 1,43 dolar AS atau 2,2 persen menjadi 62,74 dolar AS per barel.
Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Mei merosot 1,39 dolar AS atau 2,3 persen, menjadi ditutup pada 59,16 dolar AS per barel.
Brent anjlok 3,9 persen untuk Maret dan melonjak 22,6 persen untuk tiga bulan yang berakhir pada 31 Maret. WTI berkurang 3,8 persen pada Maret dan terangkat 21,9 persen untuk kuartal tersebut.
Harga-harga naik pada kuartal tersebut terutama karena optimisme pemulihan permintaan setelah vaksin COVID-19 mulai diluncurkan di tahun baru. Namun, harapan itu berkurang pada Maret di tengah kebangkitan kembali kasus-kasus yang mengancam rumah sakit di negara-negara Eropa dan membatasi permintaan bahan bakar.
Harga minyak pada Rabu (31/3/2021) memperpanjang penurunannya setelah Presiden Emmanuel Macron memerintahkan Prancis untuk melakukan lockdown nasional ketiganya dan mengatakan sekolah akan ditutup selama tiga minggu ketika ia berusaha untuk menekan kembali gelombang ketiga infeksi COVID-19.
"Saat itulah pasar melemah," kata Bob Yawger, direktur energi berjangka di Mizuho Securities. "Mereka tidak dapat bertindak bersama-sama dengan mengendalikan virus atau mendapatkan semacam program vaksin bersama-sama."
Revisi turun dari perkiraan pertumbuhan permintaan minyak OPEC+ untuk tahun ini sebesar 300.000 barel per hari (bph) juga membebani harga. Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, bersama-sama disebut OPEC+, akan bertemu pada Kamis waktu setempat, guna memutuskan kebijakan produksi.
"Mengingat prospek pesimistis ini, tampaknya kuota produksi akan tetap berlaku selama satu bulan lagi," kata analis Commerzbank, Eugen Weinberg.
Pada Rabu (31/3/2021), Komite Teknis Bersama, yang menasihati kelompok negara penghasil minyak yang mencakup Arab Saudi dan Rusia tidak membuat rekomendasi resmi, kata tiga sumber OPEC+. Opsi yang akan dipertimbangkan oleh para menteri pada Kamis, termasuk perpanjangan produksi dan peningkatan bertahap, dua sumber OPEC+ mengatakan.
OPEC+ saat ini membatasi produksi lebih dari 7 juta barel per hari dalam upaya untuk mendukung harga dan mengurangi kelebihan pasokan. Arab Saudi telah menambah pemotongan itu dengan tambahan 1 juta barel per hari.
"Pasar minyak masih memainkan permainan tebak-tebakan hari ini tentang apa kebijakan pasokan OPEC+ yang akan ditetapkan pada pertemuan besok, tetapi harga Brent 64 dolar AS per barel menandakan bahwa pedagang mengharapkan pendekatan yang hati-hati dari aliansi," kata analis Rystad Energy, Louise Dickson.
Menteri Perminyakan Kuwait Mohammad Abdulatif al-Fares menyatakan "optimisme hati-hati" pada Rabu (31/3/021) bahwa permintaan minyak global akan meningkat karena program vaksinasi COVID-19 semakin cepat dan hasil industri pulih.
Membatasi penurunan harga, stok minyak mentah AS turun secara tak terduga pekan lalu karena kilang-kilang yang beroperasi meningkat, menyusut 876.000 barel pada pekan lalu, dibandingkan dengan ekspektasi analis untuk kenaikan 107.000 barel, kata Badan Informasi Energi AS (EIA).
Juga, produksi minyak mentah di Amerika Serikat, produsen utama dunia, turun menjadi 11,1 juta barel per hari pada Januari, menurut data bulanan terbaru, dan tetap 13,1 persen lebih rendah dari tingkat tahun lalu.
Baca juga: Harga minyak jatuh setelah Terusan Suez dibuka kembali dan dolar menguat
Baca juga: Khawatir blokir Terusan Suez berlarut-larut, harga minyak melonjak 4 persen
Baca juga: Penguncian baru rusak harapan pemulihan, minyak anjlok 4 persen