Bogor, 30/7 (ANTARA)- Kasepuhan atau pemangku adat Kampung Budaya Sindangbarang, Ukat Sukatma, Jumat di Bogor mengemukakan, kampung budaya yang dipimpinnya menggagas Festival Gondang guna membangkitkan kembali gairah budaya tradisional Sunda.
Gondang adalah tradisi masyarakat Sunda yaitu kebiasaan berupa memukul lesung, menumbuk padi sambil melantunkan irama lagu merdu. Gondang merupakan budaya Sunda yang diwariskan sejak zaman Prabu Siliwangi.
Dalam perbincangan dengan ANTARA di Bogor, Jumat, Ukat Sukatma mengemukakan, pihaknya merasa sangat prihatin dengan semakin lunturnya budaya dan tradisi Sunda dalam kehidupan masyarakat Bogor maupun Jawa Barat.
Oleh karena itu, untuk membangkitkan kembali tradisi budaya leluhur bangsa Sunda, Kampung Sindangbarang menggagas Festival Gondang yaitu dengan menyelenggarakan perlombaan lisung.
Menurut Ukat, Festival Gondang akan dilaksanakan setelah Idul Fitri 1431 Hijriyah atau pada akhir September.
Festival Gondang merupakan terobosan baru yang dilakukan Kampung Budaya Sindangbarang. Sejuah ini tidak ada lembaga atau komunitas apapun yang telah melaksanakan festival Godang.
"Festival Godang untuk membangkitkan kembali gairah budaya Sunda terutama tradisi Godang dan Lisung yang sudah memudar," katanya.
Kegiatan yang dipusatkan di Kampung Budaya Sindangbarang yang berlokasi di Desa Pasirueurih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, melibatkan para peserta yang berasal dari Jawa Barat dan Banten.
"Peserta kegiatan ini berasal dari Jawa Barat dan Banten. Jawa Barat dan Banten, terutama Banten Selatan merupakan pewaris budaya Sunda yang ditinggalkan Kerajaan Sunda Pajajaran," kata Ukat Sukatma.
Sejak 2005, Ukat Sukatma dan para pemangku adat Sindangbarang gencar membangitkan kembali berbagai tradisi kuno Sunda yang telah "terkubur" zaman.
Pada 2005 lalu, diselenggarakan Festival Seren Taun. Kegiatan tersebut menjadi embrio dibangunnya kampung adat dua tahun berikutnya.
"Semula saya kurang percaya diri kegiatan Seren Taun akan mendapatkan perhatian masyarakat. Setelah digelar, animonya sangat luar biasa. Di luar perkiraan. Saat itu ribuan orang memadati lapangan sepak bola. Bahkan mendapat liputan luas media hingga disiarkan berbagai televisi," katanya.
Setelah Seren Taun 2005 berhasil dan sukses besar, berbagai ajang yang diprakarsai Kampung Sindangbarang menjadi lebih mudah. Kepercayaan dan partisipasi masyarakat merupakan modal terbesar dan terpenting, sehingga langkah berikutnya menjadi lebih ringan.
"Seren Taun 2005 merupakan debut Sindangbarang dalam memasarkan kembali budaya Sunda di tengah masyarakat," katanya.
Kampung Sindangbarang memiliki kiat khusus dalam melestarikan budaya tradisional Sunda yaitu dengan membangun akulturasi dengan budaya Islam. Tak ayal kegiatan Seren Taun pun digagas pada setiap awal tahun baru Islam atau bulan Muharram.
Selain itu, kampung adat tersebut juga selalu berupaya mengembangkan apa yang sudah dilupakan kebanyakan komunitas Sunda maupun budaya yang belum dilestarikan komunitas`sejenisnya.
Akhmad Fahir
KAMPUNG BUDAYA SINDANGBARANG GAGAS FESTIVAL GONDANG
Jumat, 30 Juli 2010 17:11 WIB