Cianjur, 26/7 (ANTARA) - Pekerja anak di Cianjur, Jabar, selama kurun waktu tiga tahun terakhir, jumlahnya menunjukkan penambahkan kuantitas yang signifikan.
Meskipun setiap tahun angkanya terus bertambah, namun hingga saat ini, belum ada upaya konkrit dari pemerintah setempat untuk menangani masalah sosial tersebut, kata pekerja sosial dari ILO PBB untuk wilayah Cianjur, Asep Mirda Yusup, Senin.
Data tersebut, dirilis International Labour Organization (ILO), organisasi perburuhan bentukan Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 2010.
Dimana menunjukkan, jumlah pekerja anak yang berhasil disurvei di dua wilayah kecamatan, yakni Kecamatan Cipanas dan Kecamatan Sukaluyu mencapai 600 orang.
Dengan jumlah tersebut, maka angka pekerja anak di seluruh wilayah Cianjur, diyakini mencapai ribuan.
Mereka bekerja pada sektor-sektor non fomal, seperti pengamen, kuli angkut barang di pasar, pedagang asongan, kuli bangunan, pembantu rumah tangga, dan buruh migran.
Serta tidak sedikit yang bekerja di sektor formal, seperti pabrik, perkebunan dan peternakan.
"Padahal, mempekerjakan anak, sangat bertentangan dengan undang-undang perlindungan anak dan konvensi PBB No. 182," kata Asep Mirda Yusup.
Dimana di dalamnya, tercantum tentang larangan dan tindakan penghapusan bentuk pekerjaan terburuk untuk anak.
Namun, minimnya sosialisasi perangkat hukum yang mengatur hal tersebut, mengakibatkan banyak pihak yang tidak memahaminya.
"Sampai hari ini, belum pernah ada sosialisasi khusus tentang penghapusan pekerja anak ke masyarakat maupun ke sekolah-sekolah. Padahal pemerintah memiliki kewajiban mengikat atas hal tersebut ," tuturnya.
Praktek pekerja anak di wilayah Cianjur, menurut dia, tersebar diberbagai tempat, baik di wilayah perkotaan maupun pelosok pedesaan, kendati keduanya memiliki pola yang berbeda.
Khusus di wilayah perkotaan, pekerja anak akan berimplikasi pada penambahan jumlah anak jalanan (anjal).
Pasalnya, hampir semua pekerja anak adalah mereka yang hidup di jalanan. Jika hal tersebut dibiarkan, sambung dia, akan berdampak buruk bagi perkembangan generasi penerus di Cianjur.
"Secara psikologis, dunia anak adalah dunia bermain, jadi jangan dibebani oleh kewajiban untuk mencari nafkah yang seharusnya menjadi tanggungjawab mutlak kedua orangtuanya," ujarnya.***3***
Fikri
JUMLAH PEKERJA ANAK DI CIANJUR TERUS BERTAMBAH
Senin, 26 Juli 2010 17:07 WIB