Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada pekan ini, diprediksi masih dibayangi sentimen disahkannya paket stimulus di Amerika Serikat.
Pada pukul 9.53 WIB, rupiah bergerak melemah 25 poin atau 0,17 persen ke posisi Rp14.410 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.385.
Analis ICDX Nikolas Prasetia di Jakarta, Senin, mengatakan untuk pekan ini, isu stimulus AS yang menghangatkan iklim investasi juga terlihat masih memengaruhi kinerja rupiah walau terlihat dolar AS masih dapat lanjut menguat lagi.
"Dengan berkibarnya isu stimulus, dalam jangka panjang bisa saja nilai dolar AS menguat tinggi karena stimulus ini menjadi efek booster dari inokulasi sebagian besar penduduk AS yang berujung pada perbaikan ekonomi AS lebih cepat dari harapan," ujar Niko.
Niko menuturkan, sentimen rupiah pada pekan lalu mayoritas datang dari sisi Internasional, terutama pada pergerakan dolar AS yang terpengaruh oleh sentimen disetujuinya paket stimulus AS dengan jumlah yang cukup masif yakni sebanyak 1,9 triliun dolar AS.
Sentimen disetujuinya stimulus itu memberikan pengaruh pada naiknya jumlah uang beredar dan membuat nilai dolar AS melemah terhadap hampir seluruh mata uang, termasuk rupiah.
Penguatan rupiah sendiri, lanjutnya, mulai terjadi sejak Senat AS mulai menyetujui paket tersebut.
"Selain itu, sentimen stimulus ini juga berdampak pada harapan bahwa ekspektasi kondisi ekonomi akan membaik dalam waktu dekat karena juga disertai dengan inokulasi pada sebagian besar penduduk di dunia. Hal ini menghangatkan aliran investasi di Indonesia," kata Niko.
Pada Rabu (10/3) lalu, rupiah ditutup menguat 20 poin atau 0,14 persen ke posisi Rp14.385 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.405.
Baca juga: Kurs rupiah Senin pagi melemah 5 poin
Baca juga: Kurs rupiah akhir pekan ditutup menguat didorong stimulus fiskal AS
Baca juga: Kurs rupiah menguat didukung pulihnya pasar tenaga kerja AS