Tasikmalaya, 18/7 (ANTARA) - Masyarakat adat Kampung Naga di Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, mulai mengalami krisis minyak tanah sebagai kebutuhan pokok dan penerangan kampung pada malam hari.
Kuncen Kampung Naga Ade Suherlin, di Tasikmalaya, Minggu, mengatakan masyarakat di daerah ini kembali mengalami kekurangan ketersediaan minyak tanah.
Bantuan minyak tanah dari Gubernur Jawa Barat (Jabar) sebanyak 8.000 liter, kata Ade saat ini mulai menipis, sedangkan setiap bulannya masyarakat membutuhkan sekitar 1.000 liter.
Kebutuhan minyak tanah untuk 108 kepala keluarga di Kampung Naga dari bantuan Gubernur akan habis pada lima hari mendatang.
Sebelumnya, kata Ade, pihak pemerintah pusat melalui Pertamina sudah mengeluarkan kesepakatan khusus untuk subsidi minyak tanah kepada warga Kampung Naga untuk memenuhi kebutuhan 1.000 liter setiap bulan.
Namun, menurut dia bantuan itu belum diterima masyarakat adat, karena kelengkapan administrasi belum ditandatangani pihak Pertamina. "Minyak tanah bersubsidi belum dapat terealisasi," katanya.
Menurut dia, jika pada akhir Juli 2010 subsidi minyak tanah tidak ada, maka aktivitas masyarakat Kampung Naga pada malam hari akan terganggu, karena tidak adanya penerangan.
"Kegiatan malam hari akan terganggu, seperti kegiatan rapat adat yang digelar secara rutin, pengajian, dan kegiatan belajar anak-anak," katanya.
Masyarakat adat Kampung Naga yang biasa menggunakan penerangan dari patromak atau cempor dengan bahan bakar minyak tanah, kata Ade merupakan bagian tradisi dalam menjaga kelestarian adat dan budaya di Kampung Naga.
Warga Kampung Naga yang menolak aliran listrik, kata Ade tidak dapat mengikuti program pemerintah seperti konversi minyak tanah ke gas April tahun lalu, karena tidak sesuai dengan adat.
Sejak ada kebijakan pemerintah mengenai konversi minyak tanah ke gas, warga Kampung Naga mulai keberatan karena pasokan minyak tanah berkurang, dan apabila ada harganya mahal.
Akibat kesulitan mendapatkan minyak tanah, masyarakat adat sempat melakukan aksi menolak wisatawan berkunjung ke Kampung Naga selama pemerintah tidak menyediakan subsidi minyak tanah.
Kemudian pemerintah melalui Kementerian ESDM mengeluarkan kebijakan subsidi minyak tanah khusus bagi warga Kampung Naga sebanyak 1.000 liter per bulan dengan harga Rp2.000 per liter.
Setelah itu, kata dia, masyarakat kembali terbuka dikunjungi wisatawan.***2***
Feri P
