Jakarta (ANTARA) -
TNI Angkatan Udara mengerahkan 150 personel berasal dari Koopsau dan Korpaskhaa untuk membantu mencari pesawat Sriwijaya SJ 182 yang jatuh di sekitar Pulau Lancang dan Pulau Laki, Kepulauan Seribu, Sabtu (9/1).
"Selain mengerahkan empat pesawat, TNI AU juga mengerahkan 150 personel," kata Asisten Operasi Kepala Staf TNI Angkatan Udara (Asops Kasau) Marsekal Muda TNI Henri Alfiandi di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Minggu.
Ke-150 personel itu merupakan gabungan dari personel di pangkalan udara, Komando Operasi TNI AU (Koopsau) I dan personel Paskhas.
"Jumlahnya akan terus berkembang melihat perkembangan di lokasi," ujar Henri.
Pengerahan personel dan pesawat TNI AU ini, kata dia, sesuai arahan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto.
"Kami membantu Basarnas dalam proses pencarian jatuhnya pesawat Sriwijaya. Posko Lanud di Halim digunakan supaya proses pencarian melalui udara lebih terkoordinasi dan menjamim keamanan dan keselamatan kita semua," ujarnya.
Empat pesawat yang dikerahkan untuk membantu proses pencarian pesawat Sriwijaya, yakni Helikoter Super Puma NAS-332 dari Skadron Udara 6 dan EC-725 Caracal Skadron Udara 8 Lanud Atang Sendjaja Bogor serta personel SAR dari Korpaskhas.
Selain helikopter, TNI AU juga menyiapkan pesawat fix wing Boeing 737 Intai Maritim Skadron Udara 5 Lanud Sultan Hasanudin Makassar dan CN-295 Skadron Udara 2 Lanud Halim Perdanakusuma Jakarta.
Henri pun menjelaskan terkait kemampuan pesawat yang dikerahkan tersebut.
Fix wing Boeing 737 Intai Maritim memiliki kemampuan untuk memantau benda yang ada di permukaaan; CN-295 digunakan untuk mencari areal yang menjadi lokasi jatuhnya pesawat Sriwijaya.
"Caracal dan Boeing memiliki kamera infrared yang bisa mendeteksi benda yang berada di atas permukaan laut yang tidak bisa dilihat secara kasat mata. Kalau super puma dan pesawat CN ini by visual," ujarnya.
Pesawat-pesawat itu dalam kurun waktu 1x24 jam siap diterbangkan. Sekarang tinggal masalah koordinasi siapa yang akan memberangkatkan di sana, karena perlu adanya sinkronisasi dan kerja sama yang baik, kata lulusan AAU 1988 ini.
Sebelumnya, pesawat Sriwijaya Air nomor register PK-CLC SJ 182 rute Jakarta-Pontianak hilang kontak pada Sabtu (9/1) pukul 14.40 WIB dan jatuh di perairan Kepulauan Seribu di antara Pulau Lancang dan Pulau Laki.
Pesawat jenis Boeing 737-500 itu hilang kontak pada posisi 11 nautical mile di utara Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang setelah melewati ketinggian 11.000 kaki dan pada saat menambah ketinggian di 13.000 kaki.
Pesawat take off dari Bandara Soekarno Hatta pukul 14.36 WIB. Jadwal tersebut mundur dari jadwal penerbangan sebelumnya 13.35 WIB. Penundaan keberangkatan karena faktor cuaca.
Berdasarkan data manifest, pesawat yang diproduksi tahun 1994 itu membawa 62 orang terdiri atas 50 penumpang dan 12 orang kru. Dari jumlah tersebut, 40 orang dewasa, tujuh anak-anak, tiga bayi. Sedangkan 12 kru terdiri atas, enam kru aktif dan enam kru ekstra.
Keberadaan pesawat itu tengah dalam investigasi dan pencarian oleh Badan SAR Nasional (Basarnas) dan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT). Koordinasi langsung dilakukan dengan berbagai pihak, baik Kepolisian, TNI maupun Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Sejumlah armada angkatan laut milik TNI dikerahkan, sekitar 10 kapal diterjunkan ke lokasi diduga jatuhnya pesawan di antara Pulau Laki dan Pulau Lancang, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta.
Baca juga: Yontaifib Marinir turunkan 14 penyelam cari pesawat Sriwijaya Air
Baca juga: TNI AU kerahkan empat pesawat bantu cari pesawat Sriwijaya Air