Sumber, 27/4 (ANTARA) - Hama tikus menyerang areal persawahan di empat kecamatan di Kabupaten Cirebon, yang membuat para petani terpaksa memanen dini tanaman padinya untuk menghindari kerugian lebih besar.
Empat kecamatan tersebut adalah Kecamatan Gegesik, Panguragan,
Kapetakan, dan Suranenggala. Akibat serangan tikus tersebut para petani mengalami kerugian sekitar 25 persen dari hasil panen seharusnya.
Salah seorang petani di Desa Panunggul Kecamatan Gegesik Narmi, Selasa, mengaku tanaman padinya seharusnya baru bisa dipanen sekitar dua minggu ke depan, namun akibat serangan hama tikus memaksanya memanen lebih awal.
"Tidak apa-apa rugi sedikit, dari pada dibiarkan malah habis semua," katanya.
Guna menghindari kerugian lebih besar, Narmi tidak langsung menjual gabahnya melainkan menjemurnya hingga kering kemudian disimpan dan baru akan dijual saat harga gabah sedang tinggi.
"Sekarang harga gabah masih berkisar Rp2.500 per Kg. Nanti kalau
harganya sekitar Rp3.000, baru akan saya jual," katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan dan
Kehutanan (DP3K) Kabupaten Cirebon Ali Effendi mengatakan, empat
kecamatan tersebut merupakan daerah endemis hama tikus.
Bahkan pihaknya sudah melakukan upaya pengendaliannya, namun saat dilakukan pembasmian tikus-tikus tersebut lari ke kebun-kebun dan perumahan warga dan kembali lagi saat musim padi mulai menguning.
Kerugian yang dialami para petani, ia memperkirakan mencapai Rp500 juta dengan asumsi setiap hektare sawah yang dipanen dini mengalami kerugian Rp2,5 juta atau 25 persen dari total panen pada umumnya.
"Namun kami optimistis hal ini tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap produksi padi di Kabupaten Cirebon secara menyeluruh,"
katanya.
Ditambahkannya, hingga akhir Maret ini dari jumlah lahan tanam seluas 45.985 hektare, sawah yang sudah dipanen sekitar 12.000 hektare
dengan tingkat produksi rata-rata 6,3 ton gabah kering giling per
hektare.
M Taufik