Cianjur, Jabar (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Cianjur, Jawa Barat melakukan pengkajian dan pertimbangan lagi kegiatan belajar mengajar (KBM) secara tatap muka karena sejak dua bulan terakhir, puluhan orang guru terpapar positif COVID-19 meski kegiatan tatap muka belum digelar.
"Melihat dari kasus banyaknya guru yang terpapar positif COVID-19 beberapa waktu lalu, jadwal belajar secara tatap muka perlu kajian panjang, terlebih hasil konsultasi dengan tim ahli kesehatan, saat ini anak-anak pun rentan tertular COVID-19," kata Bupati Cianjur, Herman Suherman di Cianjur, Rabu.
Melihat hasil konsultasi dengan tim ahli kesehatan, kata dia, kegiatan belajar tatap muka belum memungkinkan digelar dalam waktu dekat.
Sejak dua bulan terakhir, penyebaran virus mematikan itu di Cianjur dalam fase puncak, di mana tercatat sebanyak 1.297 orang positif COVID-19 atau dalam satu minggu tercatat penambahan pasien positif hingga 200 orang.
Dengan kondisi itu, kata dia, jadwal untuk membuka kembali sekolah secara tatap muka pada awal tahun, terancam batal dan harus menunggu keputusan pemerintah pusat atau kementerian terkait, apakah sudah dapat digelar atau belum.
Ditambah saat ini, kesiapan sekolah untuk menggelar belajar tatap muka masih terbentur fasilitas hingga alat pelindung diri (APD).
"Jangan sampai ketika dipaksakan, akan menambah jumlah pasien positif yang terpapar virus berbahaya karena saat ini, ratusan ruang isolasi sudah terisi penuh, bahkan sejak satu bulan terakhir diberlakukan sistem antrean untuk pasien baru," katanya.
Pihaknya juga mengigatkan agar tidak ada pihak sekolah negeri atau swasta di wilayah tersebut yang memaksakan diri untuk menggelar belajar secara tatap muka karena akan berpotensi terjadinya penularan, sehingga jika ada yang melanggar pihaknya akan memberikan sanksi tegas.
"Saya sudah intruksikan ke dinas terkait, untuk memberikan sanksi tegas bagi sekolah yang melanggar atau memaksakan diri dengan berbagai alasan apapun menggelar proses belajar mengajar secara tatap muka. Kami harap semua bersabar termasuk orang tua murid, demi kesehatan anak-anaknya," kata Herman Suherman.
Plt Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Cianjur, Himam Haris, menegaskan pihaknya tidak akan mengeluaran izin bagi pihak sekolah yang memaksa menggelar proses belajar mengajatr secara tatap muka, sampai ada keputusan pasti dari pemerintah mulai dari pusat hingga daerah.
Bahkan pihaknya mengimbau sekolah dan orang tua siswa untuk menahan diri, sampai pandemi berakhir agar kesehatan anak-anak terjamin dan sekolah dapat dilakukan normal seperti sebelumnya.
"Jangan sampai memaksakan diri, dengan mengorbankan keselamatan dan kesehatan anak-anak, kita tunggu sampai ada kepastian pandemi sudah berakhir," demikian Himam Haris.
Baca juga: Puluhan berandalan bermotor ditangkap polisi Cianjur
Baca juga: Bank BJB Cianjur terapkan WFH setelah ada karyawan terkonfirmasj COVID-19