Bandung, 26/3 (ANTARA) - Keberadaan jaring terapung (japung) di bendungan Jatiluhur dikuatirkan mengganggu operasional PLTA setempat terutama bila material bambu dan kayunya masuk ke dalam saluran turbin.
Hal itu terungkap dalam peninjauan Gubernur Jawa Barat H Ahmad Heryawan ke Bendung Jatiluhur Kabupaten Purwakarta, Jumat.
Pada kesempatan itu, Bupati Purwakarta H Deddy Mulyadi melaporkan jumlah jaring terapung di Bendungan Jatiluhur yang saat ini mencapai 19.000 unit.
Padahal dari perizinan yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah setempat hanya untuk 2000 jaring terapung saja.
"Jumlah japung yang jumlahnya banyak itu dikuatirkan juga bisa mengganggu operasional PLTA, salah satunya dikuatirkan masuk ke saluran turbin," kata Bupati Purwakarta, Deddy Mulyadi seperti disampaikan Kabag Humas Pemprov Jabar, H Iip Hidayat.
Sebagian besar jaring terapung itu milik para pemodal di Jakarta. Meski demikian, hingga saat ini jaring terapung itu belum mengganggu aktivitas PLTA Jatiluhur, namun karena sebagian terdapat yang sudah kosong atau ditinggalkan pemiliknya dikuatirkan tidak terpelihara dan terseret ke wilayah turbin.
Untuk penertiban jaring terapung, Gubernur Jawa Barat menyatakan akan melakukan koordinasi dengan Kodam III Siliwangi dan Polda Jabar.
Sementara itu, Gubernur Jawa Barat H Ahmad Heryawan yang sebelumnya melakukan peninjauan ke lokasi banjir di Kabupaten Karawang itu mendapatkan informasi dari PJT Jatiluhur terkait kondisi terakhir elevasi muka air di bendungan PLTA tertua di Indonesia itu.
"Berdasarkan laporan dari pengelola PJT II Jatiluhur, elevasi muka air di bendungan itu menurun dari 108,41 meter pada Kamis (25/3) menjadi 108,31 meter pada Jumat ini. Secara teknis kondisi bendungan Jatiluhur aman," kata Gubernur Jawa Barat H Ahmad Heryawan.
Ia menyebutkan, dari penjelasan pihak PJT II menyebutkan dari sisi konstruksi bendungan itu bisa bertahan hingga ratusan tahun. Elevasi muka air Jatiluhur sendiri maksimal 110 meter, sehingga saat ini secara teknis masih dalam kondisi aman.
Meski elevasi mengalami penurunan, kata Gubernur masyarakat harus tetap waspada karena genangan banjir tidak semuanya akibat meningkatnya pembuangan air dari Waduk Saguling yang pada Kamis kemarin mencapai 766 meter kubik per detik.
"Genangan banjir di Karawang dan Bekasi tak hanya dari pembuangan Waduk Jatiluhur, namun juga akibat tingginya curah hujan di wilayah itu sehingga Sungai Cibeet yang menjadi anak Sungai Citarum juga cukup besar dan meluap," kata Gubernur.
Sementara itu dalam kunjunganya ke lokasi banjir Kabupaten Karawang, Gubernur Heryawan yang baru pulang dari kunjungan kerja ke Provinsi Heilongjian Cina itu berkoordinasi dengan Menko Kesra HR Agung Laksono dan Menteri Sosial Salim Segaff al Juffri.
Pada kesempatan itu, Menko Kesra HR Agung Laksono menyerahkan bantuan tunai senilai Rp500 juta untuk penanggulangan bencana banjir di Kabupaten Karawang sedangkan Gubernur menyerahkan bantuan berupa lima ton beras, sembako serta peralatan mandi yang diserahkan secara simbolik kepada Bupati Karawang Dadang S Muchtar.
Syarif A