Bandung (ANTARA) - Sekitar satu juta santri di seluruh Jawa Barat mengikuti istighosah kubro secara virtual yang juga dihadiri oleh Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil, anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Habib Luthfi bin Yahya, dan Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Jabar, di Masjid Pusdai, Kota Bandung, Rabu.
Istighosah kubro tersebut digelar dengan menerapkan protokol kesehatan ketat dan undangan terbatas.
Dalam sambutannya, Kang Emil, sapaan Ridwan Kamil mengatakan bahwa istighosah kubro menjadi momentum untuk instropeksi dan memanjatkan doa kepada Allah SWT.
"Momen ini sangat tepat digelar sebagai bahan introspeksi kita dan mohon pertolongan kepada Allah SWT terkait masalah bangsa saat ini," kata Kang Emil.
Menurut Kang Emil, Indonesia tengah diterpa ujian. Mulai dari pandemi COVID-19, bencana alam, sampai kondisi sosial politik. Dengan istighosah kubro, ia berharap permasalahan di Indonesia, khususnya Jabar, segera selesai dan kembali kondusif.
"Mudah-mudahan selepas ini kondisi Jabar lebih damai, kondusif, dijauhkan dari mara bahaya, dan pandemi COVID-19 segera berakhir," ujarnya.
Kendati digelar secara terbatas dan virtual, istighosah kubro berjalan khidmat. Para santri pun mengikuti acara istighosah kubro dengan khusyuk.
Kang Emil mengatakan, istighosah kubro dilaksanakan dalam rangka menyambut Maulid Nabi Muhammad SAW dan Hari Santri Nasional yang jatuh pada 22 Oktober.
"Itulah betapa pentingnya istighosah kubro ini walaupun kondisinya sekarang berbeda dengan sebelum karena pandemi COVID-19. Tapi, hal itu tidak mengurangi kekhidmatan," katanya.
Habib Luthfi bin Yahya menyatakan, istighosah memiliki arti bahwa manusia pada dasarnya makhluk lemah yang tidak akan sanggup menyelesaikan permasalahan tanpa pertolongan Allah SWT.
"Kita mohon pertolongan kepada Allah atas ketidakmampuan kita, maka istighosah tersebut menunjukkan kelemahan kita dan masih sangat perlu pendekatan diri kita kepada Yang Maha Kuasa," ujarnya.
Dengan mengingat kebesaran dan sifat-sifat Allah SWT, kata Habib Luthfi, maka ketauhidan dalam diri seseorang akan semakin kuat. Pun demikian dengan kepedulian terhadap sesama.
"Melalui apa yang kita baca dan mengingat kebesaran-kebesaran Allah SWT akan menambah tauhid, ma'rifat, dan keyakinan kita kepada Allah SWT, dan menuntun kita untuk peduli sesama," kata Habib Luthfi.
Program Sadesha II
Dalam acara tersebut, Kang Emil pun meluncurkan program Satu Desa Satu Hafidz (Sadesha) tahap II. Pada tahap ini, jumlah peserta meningkat menjadi 4.500 orang, sedangkan peserta Sadesha tahap pertama yakni 1.500 orang.
"InsyaAllah 5.312 desa akan punya penghafal Al-Qur'an melalui program Sadesha. Program ini kecepatannya luar biasa tahun lalu menghasilkan 1.500 hafidz yang kita berikan beasiswa untuk mencetak hafidz Al-Qur'an. Sekarang 4.500 hafidz," kata Kang Emil.
Program Sadesha sendiri terbagi menjadi dua, yakni beasiswa bagi penghafal Al-Qur'an dan pemberdayaan para hafidz sebagai pengajar Al-Qur'an di desa-desa untuk mencetak penghafal-penghafal Al-Qur'an baru.
"Yang belajar langsung dan hafidz Al-Qur'an kita kirim ke desa-desa untuk melatih masyarakat desa menjadi penghafal Al-Qur'an," ucap Kang Emil.
Program Sadesha juga sejalan dengan visi pemerintah pusat untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Peningkatan kualitas SDM tak hanya mengenai teknologi dan pendidikan, tapi juga keagamaan juga perlu ditingkatkan.
"Saya yakin kalau generasi kita qurani, maka Allah SWT akan memberikan pertolongan dan berkat rahmat-Nya kepada tanah Jabar," kata Kang Emil.
Peluncuran Sadesha tahap II dilakukan secara simbolis dengan penyematan rompi kepada dua orang perwakilan peserta oleh Kang Emil dan disaksikan virtual oleh para santri.