Tel Aviv (ANTARA) - Ribuan warga Israel terus berunjuk rasa di sejumlah wilayah di negara itu pada Sabtu (3/9) untuk memprotes Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, di tengah undang-undang baru yang membatasi demonstrasi di bawah aturan karantina wilayah terkait COVID-19.
Unjuk rasa itu ditujukan untuk tetap menekan Netanyahu atas caranya dalam menangani krisis akibat pandemi COVID-19 dan juga terkait tuduhan korupsi--yang disangkal olehnya.
Undang-undang pembatasan demonstrasi yang disetujui parlemen tiga hari lalu itu melarang masyarakat mengikuti unjuk rasa di lokasi yang jaraknya lebih dari satu kilometer di luar tempat tinggal mereka, serta memberlakukan pembatasan sosial yang lebih ketat.
Israel telah menghentikan lagi kegiatan perekonomian negara itu dan meminta penduduknya untuk tetap tinggal di area berjarak maksimal satu kilometer dari rumah, kapan pun memungkinkan.
Langkah tersebut, menurut pemerintah, merupakan upaya untuk mencegah penularan COVID-19 dan menahan wabah gelombang kedua. Namun para pengkritik menilai hal itu menjegal kebebasan berpendapat.
Sebagian besar aksi unjuk rasa pada Sabtu malam digelar dalam kelompok-kelompok kecil dan tersebar di wilayah Israel, meskipun terdapat kelompok ribuan orang yang berkumpul di Tel Aviv.
Sejumlah kecil dari mereka ada yang bentrok dengan polisi dan mencoba memblokade jalan. Sekitar 15 orang ditangkap, menurut keterangan kepolisian.
Baca juga: Lagi, ribuan demonstran di Israel desak PM Netanyahu mundur
Baca juga: Artikel - Normalisasi Arab-Israel dan potret buram Palestina merdeka
Sumber: Reuters
Ribuan warga Israel terus mendemo Netanyahu di tengah "lockdown"
Minggu, 4 Oktober 2020 12:51 WIB