Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis sore ditutup melemah seiring kekhawatiran memburuknya hubungan Amerika Serikat-China
Rupiah ditutup melemah 35 poin atau 0,24 persen menjadi Rp14.585 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.550 per dolar AS.
"Tadi di pasar berkembang kembali adanya kekhawatiran ketegangan hubungan AS-China," kata Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Kamis.
Dari dalam negeri, lanjut Ariston, data PDB Indonesia kuartal II 2020 Indonesia yang di bawah perkiraan, juga mempengaruhi penilaian pedagang (trader) terhadap rupiah.
Pagi tadi rupiah sempat menguat. Data perubahan jumlah orang yang dipekerjakan di luar sektor pertanian dan pemerintahan di AS yang disurvei oleh perusahaan swasta AS, Automatic Data Processing Inc, dilaporkan mengalami kenaikan.
Namun, angkanya mencapai 167 ribu orang, jauh di bawah ekspektasi pasar 1,2 juta orang. Hal itu memberikan sentimen negatif ke dolar AS.
Selain itu, pembahasan stimulus fiskal AS senilai 1 triliun dolar AS juga menjadi sentimen positif untuk nilai tukar negara pasar berkembang.
Rupiah pada pagi hari dibuka menguat di posisi Rp14.478 per dolar AS. Sepanjang hari, rupiah bergerak di kisaran Rp14.465 per dolar AS hingga Rp14.605 per dolar AS.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Kamis menunjukkan, rupiah menguat menjadi Rp14.587 per dolar AS dibanding hari sebelumnya di posisi Rp14.623 per dolar AS.
Baca juga: Kurs rupiah berpeluang lanjutkan penguatan didukung sentimen global
Baca juga: Rupiah Kamis pagi menguat 80 poin menjadi Rp14.470 per dolar AS
Baca juga: Kurs rupiah menguat meski pertumbuhan ekonomi kuartal II minus 5,32 persen