Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu sore ditutup menguat meski pertumbuhan ekonomi kuartal II 2020 minus 5,32 persen.
Rupiah ditutup menguat 75 poin atau 0,51 persen menjadi Rp14.550 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.625 per dolar AS.
"Pasar tidak kaget kalau rilis data pertumbuhan ekonomi kuartal kedua terkontraksi, karena sebelumnya baik pemerintah, Bank Indonesia, maupun para pengamat, sudah memberikan informasi yang hampir semuanya mengatakan PDB kuartal II akan terkontraksi," kata Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi di Jakarta, Rabu.
Ibrahim menuturkan, realisasi kontraksi pertumbuhan ekonomi kuartal II memang lebih besar dibandingkan beberapa proyeksi yang disampaikan baik oleh pemerintah maupun Bank Indonesia, namun pertumbuhan ekonomi kuartal III diyakini bisa kembali positif.
Kontraksi pertumbuhan ekonomi di kuartal kedua juga hampir terjadi di semua negara baik di AS, Eropa, maupun sebagian Asia.
"Namun dari beberapa negara yang saya sebutkan, Indonesia yang paling rendah kontraksinya. sehingga pasar kembali percaya diri dengan fiundamental perekonomian dalam negeri dan arus modal asing kembali membanjiri pasar dalam negeri," kata Ibrahim.
Dari eksternal, Menteri Keuangan Steven Mnuchin optimis stimulus lanjutan senilai 1 triliun dolar AS akan tercapai walaupun Gedung Putih dan Demokrat masih belum mencapai kesepakatan tentang legislasi bantuan COVID-19 minggu ini.
Rupiah pada pagi hari dibuka menguat di posisi Rp14.540 per dolar AS. Sepanjang hari, rupiah bergerak di kisaran Rp14.524 per dolar AS hingga Rp14.585 per dolar AS.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Rabu menunjukkan, rupiah menguat menjadi Rp14.623 per dolar AS dibanding hari sebelumnya di posisi Rp14.697 per dolar AS.
Baca juga: Rupiah menguat antisipasi rilis data pertumbuhan ekonomi kuartal II
Baca juga: Rupiah Rabu pagi menguat 87 poin menjadi Rp14.538 per dolar AS
Baca juga: Kurs rupiah menguat tipis di tengah variasi mata uang kawasan