Garut, 9/11 (ANTARA) - Sebagian besar atau sekitar 60 persen dari 17.903 warga Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Garut, Jawa Barat, hingga kini belum memiliki akte kelahiran dan kartu keluarga (KK).
Menurut Kepala Seksi Pemerintahan Kecamatan Pamulihan Dudung Zulkifli, Senin, hal ini disebabkan jarak yang terlalu jauh untuk mengurus akte kelahiran dan KK di ibu kota kabupaten.
Menurut dia, terdapat lima desa yang sangat berjauhan dengan ibu kota kecamatan (ratusan kilometer) yang diperparah dengan kerusakan jalan.
Kelima desa tersebut adalah Pakenjeng, Garumukti, Linggarjati, Panawa serta desa Pananjung, yang terisolasi di cekungan perbukitan perkebunan teh.
Untuk menjangkau ibu kota Kabupaten Garut, masyarakat di lima desa itu harus mengeluarkan ongkos pulang-pergi hingga mencapai ratusan ribu rupiah, karena harus bermalam di Kota Garut, terutama pada musim penghujan.
"Sepanjang ruas jalan juga dipenuhi semak belukar dan hutan lebat, yang kerap diketemukan binatang buas seperti macan tutul serta berbagai jenis primata seperti monyet dan uwa serta lutung," kata seorang tokoh masyarakat Pamulihan, Abuy Supriatna (45).
Karena itu, kata Dukung, sekalipun warga telah memahami pentingnya akte kelahiran dan KK, namun umumnya tidak mengurusnya karena kendala jarak dan biaya transportasi yang mahal itu.
Untuk membantu warga mengurus akte kelahiran dan KK, sebuah tim dari Kantor Catatan Sipil Kabupaten Garut akan berkunjung ke Pamulihan untuk memberikan pelayanan pembuatan akte dan KK.
Pelayanan akan dipusatkan di desa Panawa, namun hingga Minggu (8/11) baru terdaftar sekitar 60 warga yang akan memprosesnya, ujar Dudung Zulkifli. ***3***
John Doddy Hidayat
(U.PK-HT/C/R007/R007) 09-11-2009 08:59:27