Jakarta (ANTARA) - Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito mengatakan pemerintah tidak pernah bermaksud menutup-nutupi data perkembangan kasus virus Corona tipe baru (COVID-19) di Indonesia.
Wiku, dalam konferensi pers secara daring dari Kantor Presiden, Jakarta, Jumat, mengatakan data yang diumumkan pemerintah setiap hari secara berkala, merupakan data secara nasional yang masuk melalui Kementerian Kesehatan dan telah diverifikasi.
“Tidak ada maksud untuk menutup-nutupi data, mari kita dorong transparansi publik dan silahkan masyarakat ikut mengontrol bila ada data yang tidak sebenarnya,” ujarnya.
Ke depan, ujar Wiku, Satgas akan mendorong data perkembangan kasus COVID-19 agar dapat diakses oleh masyarakat secara real time atau sesuai waktu terkini.
“Kami sedang berusaha keras agar betul-betul data ini bisa diakses dengan realtime, dan datanya tidak berbeda antara data nasional dengan data di daerah,” ujar dia.
Proses untuk memberikan data secara real time, ujar Wiku, membutuhkan waktu karena harus menghimpun data dari setiap daerah dan data tersebut harus diverifikasi oleh Kementerian Kesehatan.
"Namun proses ini ternyata memerlukan waktu yang lama, selama empat bulan pertama kami belum mampu mengintegrasikan jadi satu mengingat ada kendala dalam proses pengumpulan data dari setiap daerah, dan ada proses verifikasi yang dilakukan Kemenkes yang ternyata memerlukan waktu lebih lama karena kami harus mampu untuk membuat sistem pendekatan data terintegrasi, yang bisa diterima oleh berbagai pihak termasuk Kemenkes," ujar dia.
Seluruh data perkembangan kasus COVID-19 dapat diakses masyarakat melalui portal www.covid19.go.id. Data di portal tersebut diperbarui setiap pukul 16.00 WIB setiap harinya.
Hingga Kamis (23/7), kasus terkonfirmasi positif COVID-19 di Indonesia mencapai 93.657 kasus, dengan 52.164 kasus pasien telah sembuh, dan 4.576 kasus pasien meninggal.
Baca juga: Presiden ingatkan jangan paksakan normal baru bila data tidak mendukung
Baca juga: Universitas Indonesia gandeng Facebook sinergikan big data untuk riset COVID-19
Baca juga: Data WHO, tingkat infeksi COVID-19 Jabar terendah di Pulau Jawa