Bogor (ANTARA) - Sedikitnya 1.167 orang anggota pasukan deteksi aktif (Detektif) COVID-19 Kota Bogor siap melacak dan memantau penyebaran COVID-19 guna menekan dan memutus mata rantai virus corona di daerah itu.
Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto di Kota Bogor, Rabu, mengatakan dalam mengatasi penyebaran COVID-19 yang utama adalah meningkatkan kemampuan mendeteksi dan menangani, karena virus corona ini tidak terlihat.
"Ketika kita lemah mendeteksi, penyebaran semakin cepat. Jadi, kunci utamanya adalah mendeteksi secara dini serta mendeteksi secara aktif potensi penularannya," kata Bima Arya.
Dengan dasar pemikiran dan pertimbangan tersebut, Bima Arya membentuk pasukan Detektif COVID-19, yang dibagi menjadi dua tim, yakni tim pelacakan dan tim pemantauan, serta keberadaannya berjenjang dari tingkat kecamatan, kelurahan, hingga rukun warga (RW), yakni RW Siaga.
Bima menegaskan pasukan Detektif COVID-19 yang dibentuk pada Selasa (23/6), bukan sekedar pasukan perorangan, tapi adalah sistem yang kerjanya sistematis. "Sistem ini harus aktif dan terus bergerak, tidak bisa hanya menunggu," katanya.
Menurut dia, ketika orang sakit kemudian di cek dan dilakukan tes usap, maka tim pelacakan dan pemantauan harus proaktif, sehingga disebut deteksi aktif atau detektif.
Baca juga: Wali Kota: Persediaan pangan di Kota Bogor aman
Pemerintah Kota Bogor sebelumnya telah membentuk dan mengaktivasi RW Siaga. Ketika Detektif COVID-19 ini dibentuk, tugas-tugasnya disinergikan dengan keberadaan RW Siaga.
Pembentukan Detektif COVID-19 ini juga dinilai sejalan dengan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) transisi, dimana karantina wilayah sudah semakin dipersempit menjadi karantina mikro di tingkat RW yakni RW Siaga. "Dengan dibentuknya Detektif COVID ini, jalur koordinasi dan tugas-tugas di antara anggotanya semakin jelas dan rapi," katanya.
Detektif COVID-19 yang dibentuk Bima Arya, terdiri dari dua tim yang aktif bergerak di seluruh wilayah Kota Bogor, yakni tim pelacakan dan tim pemantauan.
Tim pelacakan beranggotakan 340 orang di tingkat kelurahan dan 30 orang di tingkat kecamatan, sedangkan tim pemantauan anggotanya 797 orang di tingkat RW dan dibantu tim dari Puskesmas, sehingga seluruhnya ada 1.167 orang.
Baca juga: Antrean penumpang KRL panjang, setelah kantor banyak buka