Brasilia (ANTARA) - Presiden Brazil Jair Bolsonaro pada Senini mengatakan militer tidak akan mematuhi perintah apa pun untuk menyingkirkan presiden terpilih.
Pernyataan Bolsonaro itu memperdalam perang verbal melawan lembaga yudisial yang menimbulkan kekhawatiran ancaman terhadap demokrasi di negara tersebut.
Selama wawancara dengan salah satu stasiun radio, mantan kapten militer sayap kanan itu menyebutkan pasukan bersenjata tidak akan menerima "keputusan politik untuk melengserkan presiden yang dipilih secara demokratis."
Ia menambahkan: "Kami, orang-orang militer dari pasukan bersenjata, dan saya juga orang militer, memegang tanggung jawab sesungguhnya bagi demokrasi di negara kami. Kami tidak akan pernah menuruti perintah yang absurd."
Pernyataan Bolsonaro menggaungkan pernyataan serupa, yang dirilis pada Jumat dan ditandatangani oleh Wakil Presiden Hamilton Mour£o dan Menteri Pertahanan Fernando Azevedo, yang menuai kekhawatiran atas pertempuran konstitusional antara Bolsonaro dan Mahkamah Agung Brazil.
Mahkamah sedang mengawasi penyelidikan apakah Bolsonaro secara ilegal turut campur dalam penunjukan Polisi Federal, dan penyelidikan lainnya dalam dugaan kampanye disinformasi pro-Bolsonaro di media sosial.
Bolsonaro kini juga menghadapi berbagai usulan pemakzulan di kongres.
Semua ini terjadi saat Brazil menjadi titik panas wabah virus corona nomor dua di dunia, dengan hampir 44.000 kematian.
Selama wawancara, Bolsonaro juga berbicara soal isu legislatif, dengan mengatakan bahwa mengupayakan reformasi pajak rumit, dan pemerintah sedang mencari cara untuk merancang usulan yang dapat disahkan oleh Kongres.
Baca juga: AS : Total 2.085.769 kasus COVID-19, dengan 115.644 kematian
Sumber: Reuters