Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin pagi ini terapresiasi setelah sempat stagnan pada awal perdagangan.
Terpantau pada Senin pagi ini, kurs rupiah bergerak menguat sebesar 20 poin atau 0,13 persen menjadi Rp15.800 per dolar AS dibanding posisi sebelumnya Rp15.820 per dolar AS.
"Rupiah menguat bergerak di level Rp15.000 per dolar AS. Kami melihat bahwa penguatan rupiah akibat posisi investor yang mulai masuk ke pasar finansial Indonesia dan mulai membeli Surat Berharga Negara (SBN)," kata Kepala Riset Valbury Sekuritas Alfiansyah di Jakarta, Senin.
Di sisi lain, lanjut dia, pemerintah juga telah menerbitkan obligasi global dengan nilai 4,3 miliar dolar AS, sehingga ketersediaan dolar AS di pasar kembali stabil.
Sementara itu, Kepala Riset Monex Investindo Future Ariston Tjendra mengatakan bahwa pelaku pasar diharapkan tetap waspada di tengah outlook dolar AS yang masih berpotensi menguat karena permintaan terhadap aset paling likuid di dunia itu masih tinggi.
"Permintaan dolar AS masih tinggi karena peningkatkan jumlah kasus virus corona secara global serta tidak tercapainya kesepakatan penerbitan surat utang bersama dalam pertemuan para menteri keuangan zona euro pada pekan lalu," katanya.
Di sisi lain, lanjut dia, harga minyak yang berpeluang bergerak naik seiring pasar yang menyambut laporan bahwa Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) mencapai kesepakatan pemangkasan produksi turut mempengaruhi pergerakan rupiah.
"Meningkatnya harga minyak dunia akibat pemangkasan produksi dapat mempengaruhi pergerakan nilai tukar. Saat harga minyak naik, kebutuhan dolar AS juga akan meningkat," katanya.
Baca juga: Rupiah menguat namun rawan terkoreksi