Cianjur (ANTARA) - DPC Asosiasi Tenaga Kerja Indonesia Raya (Astakira) Pembaharuan Cianjur, Jawa Barat, mengharapkan pemerintah pusat membantu kepulangan Alis Juariah (46), TKI asal Cianjur yang kehilangan kontak selama 21 tahun dengan keluarganya.
Ketua Astakira Pembaharuan Cianjur, Ali Hildan di Cianjur, Rabu, mengatakan, setelah sempat hilang kontak dengan keluarga selama 21 tahun, titik terang keberadaan Alis terungkap masih bekerja di Arab Saudi pada majikan yang sama sejak tahun 1998.
Namun keterangan majikan yang sempat dihubungi pihaknya bertolak belakang dengan kabar yang didapat pihak keluarga bahwa TKI asal Kampung Muhara, Desa Haurwangi, Kecamatan Haurwangi, mendapatkan perlakuan tidak manusia selama bekerja.
"Bahkan majikannya sempat saya telepon langsung, mengatakan kalau Alis betah bekerja dan tidak ingin pulang ke kampung halamannya. Ini menjadi kecurigaan kami sehingga kami akan mengupayakan kepulangannya," kata Ali.
Ia menjelaskan, saat ini pihak keluarga yang telah melaporkan hal tersebut ke Astakira Cianjur sudah menempuh berbagai upaya untuk memulangkan Alis secepatnya karena sejak 21 tahun lalu hingga saat ini tidak pernah bertemu.
"Kami akan berkirim surat ke Presiden Joko Widodo agar dapat membantu memulangkan Alis termasuk mendapatkan haknya selama bekerja selama 21 tahun di Riyad Arab Saudi. Surat tersebut akan segera dikirimkan ke Istana," katanya.
Sementara Selpi Lusiana (26) anak kandung Alis yang ditinggal ibunya sejak umur 6 tahun iberharap surat ke Presiden RI Jokowi menjadi solusi terbaik agar dia dapat bertemu kembali dengan ibu kandungnya itu.
"Selama ini berbagai upaya telah kami lakukan agar ibu dapat pulang dan berkumpul bersama keluarga. Saya masih ingat ibu pergi saat saya baru mau masuki sekolah dasar," katanya.
Melalui Astakira Cianjur, pihak keluarga mendapat titik terang kalau ibu kandungnya itu masih hidup dan berharap segera dipulangkan ke kampung halamannya di Cianjur.
"Kami berharap ibu dapat dipulangkan dan berkumpul seperti dulu bersama keluarga di Cianjur. Kami mohon doa dan bantuan dari pemerintah termasuk Bapak Presiden RI," katanya.
Baca juga: Organisasi buruh migran nilai perhatian pemerintah minim
Baca juga: ASN Jabar himpun Rp1 miliar untuk TKI terancam hukuman mati