Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum mendorong para pengusaha yang tergabung dalam Asosiasi Muslimah Pengusaha (Alisa) agar konsisten menerapkan sistem ekonomi syariah dalam bisnisnya di segala lini.
"Dengan menerapkan ekonomi syariah, menurut Uu, Islam akan semakin kuat dan maju. Islam akan berjalan mundur jika para penganutnya meninggalkan prinsip dan nilai ke-Islaman," kata Wagub Uu seusai membuka Rapat Kerja Nasional ke-3 Asosiasi Muslimah Pengusaha "Khadijah" Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia di Hotel Santika, Kota Bekasi, kemarin.
"Yang namanya muslim berarti dia harus taat, patuh pada aturan Islam. Ada sebuah keterangan, 'masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan', termasuk dalam bidang ekonomi," lanjut Uu.
Wagub Uu menjelaskan ada beberapa perbedaan antara ekonomi syariah dengan konvensional pertama, ekonomi syariah menilai uang hanya sebatas sebagai alat tukar, bukan sebagai komoditas yang bisa diperjualbelikan.
Yang kedua ialah semua usaha dalam Islam diperbolehkan kecuali yang diharamkan.
"Dalam Islam tidak semua dilarang, dalam ekonomi liberal semua bebas yang penting ada untung, ekonomi sosialis semuanya diatur negara. Tapi kalau ekonomi syariah pertengahan, artinya tidak terlalu bebas dan tidak terlalu ditahan," kata dia.
Turut hadir dalam pembukaan rakernas Ketua Umum ICMI Pusat Jimly Asshiddiqie.
Dia menjelaskan ihwal ICMI membentuk Alisa "Khadijah" ICMI sebagai kumpulan pengusaha muslimah.
Jimly menuturkan, kaum perempuan perlu menjadi ikon bisnis, sebagai bagian dari jihad di bidang ekonomi. Seperti halnya istri Nabi Muhammad SAW, Siti Khadijah yang menjadi pengusaha perempuan sukses di zamannya.
"Kaum perempuan juga harus ada yang menekuni jihad di bidang ekonomi. Makanya kita dorong ibu-ibu ini menjadi pionir menggerakkan kaum perempuan untuk menjadi pengusaha," kata Jimly.
Untuk itu, pada kesempatan ini Jimly memberikan usulan agar Alisa dapat mengembangkan sekolah entrepreneur untuk kalangan muslim perempuan.
"Kita perlu membuat muslimpreneur. Coba buat konsep sekolah muslimpreneur," ujarnya.
Sementara itu, Ketua Umum Alisa "Khadijah" ICMI Pusat Ina Marlina dalam sambutannya berharap agar rakernas ini bisa menghasilkan program-program kerja yang positif untuk Alisa.
Hal lain, Ina menitikberatkan agar adanya ada perubahan sistem bisnis yang dilakukan oleh pengusaha perempuan yang tergabung dalam Alisa. Menurut Ina, para pengusaha muslimah perlu belajar dan menyesuaikan diri dengan era industri 4.0.
"Jadi, sekarang semuanya harus mulai belajar. Harus mulai tidak hanya jadi pedagang tapi juga jadi pengusaha," kata Ina.
Dakam rakernas Alisa yang berlangsung 26-28 April 2019 ini, digelar pula ekspo atau pameran produk UMKM dan seminar. Ada 50 stan produk makanan, minuman, dan fesyen. Sementara para peserta rakernas yakni 16 pimpinan wilayah Alisa "Khadijah" ICMI dari berbagai provinsi di Indonesia.
Baca juga: Indonesia bisa jadi pusat industri busana muslim dunia
Baca juga: Wagub Jabar optimistis Bandung jadi pusat mode busana muslim
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2019
"Dengan menerapkan ekonomi syariah, menurut Uu, Islam akan semakin kuat dan maju. Islam akan berjalan mundur jika para penganutnya meninggalkan prinsip dan nilai ke-Islaman," kata Wagub Uu seusai membuka Rapat Kerja Nasional ke-3 Asosiasi Muslimah Pengusaha "Khadijah" Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia di Hotel Santika, Kota Bekasi, kemarin.
"Yang namanya muslim berarti dia harus taat, patuh pada aturan Islam. Ada sebuah keterangan, 'masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan', termasuk dalam bidang ekonomi," lanjut Uu.
Wagub Uu menjelaskan ada beberapa perbedaan antara ekonomi syariah dengan konvensional pertama, ekonomi syariah menilai uang hanya sebatas sebagai alat tukar, bukan sebagai komoditas yang bisa diperjualbelikan.
Yang kedua ialah semua usaha dalam Islam diperbolehkan kecuali yang diharamkan.
"Dalam Islam tidak semua dilarang, dalam ekonomi liberal semua bebas yang penting ada untung, ekonomi sosialis semuanya diatur negara. Tapi kalau ekonomi syariah pertengahan, artinya tidak terlalu bebas dan tidak terlalu ditahan," kata dia.
Turut hadir dalam pembukaan rakernas Ketua Umum ICMI Pusat Jimly Asshiddiqie.
Dia menjelaskan ihwal ICMI membentuk Alisa "Khadijah" ICMI sebagai kumpulan pengusaha muslimah.
Jimly menuturkan, kaum perempuan perlu menjadi ikon bisnis, sebagai bagian dari jihad di bidang ekonomi. Seperti halnya istri Nabi Muhammad SAW, Siti Khadijah yang menjadi pengusaha perempuan sukses di zamannya.
"Kaum perempuan juga harus ada yang menekuni jihad di bidang ekonomi. Makanya kita dorong ibu-ibu ini menjadi pionir menggerakkan kaum perempuan untuk menjadi pengusaha," kata Jimly.
Untuk itu, pada kesempatan ini Jimly memberikan usulan agar Alisa dapat mengembangkan sekolah entrepreneur untuk kalangan muslim perempuan.
"Kita perlu membuat muslimpreneur. Coba buat konsep sekolah muslimpreneur," ujarnya.
Sementara itu, Ketua Umum Alisa "Khadijah" ICMI Pusat Ina Marlina dalam sambutannya berharap agar rakernas ini bisa menghasilkan program-program kerja yang positif untuk Alisa.
Hal lain, Ina menitikberatkan agar adanya ada perubahan sistem bisnis yang dilakukan oleh pengusaha perempuan yang tergabung dalam Alisa. Menurut Ina, para pengusaha muslimah perlu belajar dan menyesuaikan diri dengan era industri 4.0.
"Jadi, sekarang semuanya harus mulai belajar. Harus mulai tidak hanya jadi pedagang tapi juga jadi pengusaha," kata Ina.
Dakam rakernas Alisa yang berlangsung 26-28 April 2019 ini, digelar pula ekspo atau pameran produk UMKM dan seminar. Ada 50 stan produk makanan, minuman, dan fesyen. Sementara para peserta rakernas yakni 16 pimpinan wilayah Alisa "Khadijah" ICMI dari berbagai provinsi di Indonesia.
Baca juga: Indonesia bisa jadi pusat industri busana muslim dunia
Baca juga: Wagub Jabar optimistis Bandung jadi pusat mode busana muslim
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2019