Jakarta (Antaranews jabar) - Setelah puluhan tahun mati terkubur, rel-rel kereta api yang terserak di jalur selatan Jawa Barat (Jabar) terutama yang melintasi Stasiun Cibatu - Stasiun Cikajang akan dihidupkan kembali (reaktivasi).

Pemerintah melalui Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi akan melakukan reaktivasi empat jalur kereta api di selatan Jabar, yakni rute Cibatu - Garut - Cikajang (47,5 kilometer), Rancaekek - Tanjungsari (11,5 kilometer), Banjar - Pangandaran - Cijulang (82 kilomwter) dan Bandung - Ciwidey (37,8 kilometer).

Reaktivasi empat rute kereta yang telah lama mati tersebut dilakukan demi pengembangan sektor pariwisata di daerah-daerah selatan Jabar yang dilalui keempat rute tersebut.

Dalam kesempatan sama, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno mengatakan selain menjadi operator, PT Kereta Api Indonesia juga diharapkan untuk berinvestasi di jalur-jalur yang merupakan aset negara tersebut.

Menteri Rini menilai reaktivasi sudah menjadi kebutuhan warga Jawa Barat, dan pemerintah ingin meningkatkan layanan di provinsi tersebut, karena masyarakat setempat betul-betul membutuhkan transportasi massal.

Primadona Charlie Chaplin

Rel-rel kereta di selatan Jawa Barat, sebelum mati, pernah menjadi rute primadona masyarakat bahkan selebriti Hollywood.

Presiden Republik Indonesia Joko Widodo menjelaskan bahwa rel-rel kereta yang akan direaktivasi itu dulunya menyangkut kawasan-kawasan wisata.

Presiden kemudian menceritakan bahwa rel-rel kereta api dari Bandung menuju Garut dan sekitarnya pernah menjadi primadona selebriti Hollywood legendaris yakni Charlie Chaplin.

Chaplin sang komedian ternama itu, menurut Presiden, pernah dua kali mengunjungi Garut dengan menggunakan moda transportasi kereta lantaran ingin menikmati keindahan alam tatar Pasundan.

Namun sayangnya, seperti halnya perjalanan karier selebriti Hollywood, jalur-jalur rel kereta di selatan Jawa Barat itu pun harus menghadapi akhir ketenarannya.

PT Kereta Api Indonesia (KAI) mencatat, jalur Cibatu - St Cikajang ditutup pada tahun 1982, sementara jalur St Cibatu - St Garut ditutup pada tahun 1983.

Padahal menurut Direktur Utama PT KAI Edi Sukmoro, di wilayah Garut sendiri terdapat potensi wisata seperti Puncak Curug, pemandian air panas, Taman Gunung Papandayan & Guntur, Candi Cangkuang, Kampung Naga, dan lainnya.

Selain itu moda kereta api di wilayah ini juga bisa mendistribusikan komoditas-komoditas unggulan Garut seperti olahan cokelat, hasil pertanian, hasil perkebunan, olahan kulit, dan sebagainya.


Sulit namun penting

Menghidupkan kembali yang mati memang bukan perkara mudah. Apalagi jika proses reaktivasi tersebut ditujukan pada rel-rel kereta api yang telah ditutup selama puluhan tahun.

Vice Director Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Eko Listiyanto mengungkapkan bahwa medan pegunungan yang berat kemungkinan menjadi salah satu faktor yang membuat biaya pembangunan infrastruktur di jalur selatan Jawa Barat relatif mahal.

Selain itu, menurut Eko, aspek ekonomi suatu wilayah juga turut diperhitungkan dalam pembangunan infrastruktur.

Bukan hanya masalah medan alam dan aspek ekonomi saja yang menghadang, proses reaktivasi rel-rel di jalur selatan Jawa Barat juga harus berhadapan dengan masalah pembebasan lahan.

Kepala Humas PT KAI Agus Komarudin menyebut terdapat sekitar 1.500 bangunan berdiri atas jalur kereta api non-aktif sepanjang Cibatu-Garut yang menjadi salah satu rencana reaktivasi jalur kereta api di Jawa Barat.

Selama rel-rel kereta api itu tidak beroperasi, jalur-jalur ini dimanfaatkan warga sebagai jalan setempat hingga pendirian bangunan.

Direktur Utama PT KAI Edi Sukmoro menyebut bahwa dari total 1.077 bangunan yang perlu ditertibkan, total terdapat 911 kepala keluarga yang akan mendapatkan uang bongkar.

Sampai dengan 16 Januari 2019, sudah 218 Kepala keluarga (23,93 persen) yang sudah menerima uang bongkar yang diberikan melalui rekening bank.

Setelah menerima uang bongkar, menurut dia, masyarakat secara sukarela membongkar bangunnannya sendiri karena mereka menyadari bahwa bangunannya berada diatas aset KAI.

Walaupun sulit dan pelik, proses reaktivasi rel-rel kereta api di selatan Jawa Barat itu memang harus dilakukan.

Pengamat INDEF Eko Listiyanto menilai reaktivasi berbagai macam jalur-jalur kereta api yang selama ini mati memang harus dilakukan.

Salah satu alasannya, menurut Eko, yakni salah satu biaya logistik yang murah itu memang melalui jalur rel dan dengan adanya reaktivasi jalur-jalur yang sudah mati ini perlahan-lahan maka daerah-daerah yang tadinya itu tidak tersambung oleh kereta api kemungkinan akan tersambung.

PT KAI sendiri berharap mendapatkan dukungan dari berbagai pihak agar proses reaktivasi di Jawa Barat ini dapat berjalan dengan lancar. Direktur Utama PT KAI Edi Sukmoro sendiri menargetkan bahwa jalur Cibatu-Garut akan selesai pada tahun 2019.

Sedangkan ketiga jalur kereta lainnya, lanjut Edi, diharapkan dapat selesai dalam tiga tahun mendatang.

 

Pengendara motor melintasi batalan rel jalur kereta api Banjar-Pangandaran yang masih tersisa bekas peninggalan Belanda di Lingkungan Sumanding Wetan, Kota Banjar, Jawa Barat, Rabu (9/1/2019). PT KAI berencana akan mereaktivasi jalur kereta api Banjar-Pangandaran dengan anggaran mencapai kurang lebih Rp 1 triliun untuk memperbaiki jalur yang ada dan infrastruktur penunjang lainnya. ANTARA JABAR/Adeng Bustomi/agr.

Bukan hal mustahil

Menghidupkan kembali rel-rel kereta api di selatan Jawa Barat yang telah mati selama puluhan tahun bisa dibilang hal yang mustahil.

Sulitnya medan alam dan aspek ekonomi kawasan tersebut menjadi tantangan yang menghadang proses reaktivasi.

Tidak hanya itu, ribuan bangunan dan aspal jalan yang telah mengubur rel-rel mati tersebut turut mempersulit proses reaktivasi rel-rel kereta api di kawasan ini.

Baca juga: Kepala daerah diminta bantu reaktivasi jalur KA Banjar-Pangandaran-Cijulang

Hanya dengan kemauan pemerintah dan masyarakat yang bisa menerobos semua tantangan yang menghadang proses reaktivasi tersebut.

Sebesar apapun modal atau biaya yang dikumpulkan untuk melakukan reaktivasi, jika tidak disertai kemauan maka tidak akan menghasilkan apapun.

Pemerintahan Presiden Joko Widodo tampaknya memiliki kemauan keras untuk menghidupkan kembali rute yang pernah menjadi primadona Charlie Chaplin tersebut.

Dengan kemauan keras semacam ini tentunya bukan hal mustahil jika kelak pada waktu mendatang masyarakat Jawa Barat akan kembali menikmati pesona alam tatar Pasundan dengan menggunakan kereta api sebagai tranportasi massal, persis seperti dirasakan mendiang Charlie Chaplin puluhan tahun silam. 

Baca juga: 1.077 bangunan terdampak reaktivasi rel kereta Cibatu-Garut

Baca juga: Gubernur Emil: PT KAI akan reaktivasi empat jalur kereta di Jabar

 

Pewarta: Aji Sakti

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2019