Bandung, 15/11 (Antara) - Kantor Wilayah Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat menggelar bazaar murah di empat kabupaten/kota sebagai upaya pengendalian laju inflasi di penghujung akhir tahun 2018 ini.
"Kami menyelenggarakan bazar murah pengendalian inflasi guna mengendalikan tingkat harga volatile food yang memiliki andil cukup besar dalam inflasi tahunan Jawa Barat," ujar Direktur Eksekutif KPw BI Jabar, Doni P. Joewono di Bandung, Kamis.
Empat kabupaten/kota itu yakni Bandung, Bekasi, Bogor, dan Depok. Empat kota tersebut akan menggelar bazar dua kali dalam satu pekan yakni pada tanggal 15-16, 19, 26-27 di bulan November, dan 10-11, 17-18 pada bulan Desember 2018.
Doni mengatakan, komunitas pangan yang kerap kali menyumbangkan angka inflasi seperti telur ayam ras, daging ayam ras, daging sapi, bawang merah, cabai rawit, cabai merah, beras premium, serta komoditas hortikultura, khususnya jeruk, wortel, dan bayam.
Dari sisi penawaran barang, kata dia, memasuki bulan November terdapat beberapa komoditas yang patut diwaspadai pergerakan harganya, utamanya komoditas pangan yang masuk dalam volatile food.
"Volatile Food itu seperti cabai merah, cabai rawit, bawang merah, dan beras," kata dia.
Hasil panen komoditas Volatile Food sangat berpengaruh pada bergantinya musim. Ia menyontohkan, komoditas seperti jeruk, bayam, dan wortel sangat berpengaruh pada musim dan memiliki andil yang cukup besar pada inflasi Jawa Barat bulan Oktober 2018.
"Oleh karena itu, dalam rangka mengendalikan tingkat inflasi, KPw BI Jabar ?bekerjasama dengan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) kabupaten dan kota dalam menyelenggarakan Bazar Murah," katanya.
Berdasarkan hasil asesmen yang dilaporkan dalam Laporan Analisis Pengendalian Inflasi Daerah KPw BI Provinsi Jawa Barat bulan Oktober 2018, inflasi Jawa Barat sampai dengan Oktober 2018 telah mencapai 2,69 persen.
Mengingat sasaran inflasi nasional 2018 adalah 3,5?1 persen, maka ruang kebijakan inflasi Jawa Barat sampai dengan akhir tahun hanya sebesar 0,81 persen.
Berdasarkan data historis 2015 - 2017, akumulasi inflasi Jawa Barat untuk bulan November-Desember mencapai maksimal 1 persen.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2018
"Kami menyelenggarakan bazar murah pengendalian inflasi guna mengendalikan tingkat harga volatile food yang memiliki andil cukup besar dalam inflasi tahunan Jawa Barat," ujar Direktur Eksekutif KPw BI Jabar, Doni P. Joewono di Bandung, Kamis.
Empat kabupaten/kota itu yakni Bandung, Bekasi, Bogor, dan Depok. Empat kota tersebut akan menggelar bazar dua kali dalam satu pekan yakni pada tanggal 15-16, 19, 26-27 di bulan November, dan 10-11, 17-18 pada bulan Desember 2018.
Doni mengatakan, komunitas pangan yang kerap kali menyumbangkan angka inflasi seperti telur ayam ras, daging ayam ras, daging sapi, bawang merah, cabai rawit, cabai merah, beras premium, serta komoditas hortikultura, khususnya jeruk, wortel, dan bayam.
Dari sisi penawaran barang, kata dia, memasuki bulan November terdapat beberapa komoditas yang patut diwaspadai pergerakan harganya, utamanya komoditas pangan yang masuk dalam volatile food.
"Volatile Food itu seperti cabai merah, cabai rawit, bawang merah, dan beras," kata dia.
Hasil panen komoditas Volatile Food sangat berpengaruh pada bergantinya musim. Ia menyontohkan, komoditas seperti jeruk, bayam, dan wortel sangat berpengaruh pada musim dan memiliki andil yang cukup besar pada inflasi Jawa Barat bulan Oktober 2018.
"Oleh karena itu, dalam rangka mengendalikan tingkat inflasi, KPw BI Jabar ?bekerjasama dengan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) kabupaten dan kota dalam menyelenggarakan Bazar Murah," katanya.
Berdasarkan hasil asesmen yang dilaporkan dalam Laporan Analisis Pengendalian Inflasi Daerah KPw BI Provinsi Jawa Barat bulan Oktober 2018, inflasi Jawa Barat sampai dengan Oktober 2018 telah mencapai 2,69 persen.
Mengingat sasaran inflasi nasional 2018 adalah 3,5?1 persen, maka ruang kebijakan inflasi Jawa Barat sampai dengan akhir tahun hanya sebesar 0,81 persen.
Berdasarkan data historis 2015 - 2017, akumulasi inflasi Jawa Barat untuk bulan November-Desember mencapai maksimal 1 persen.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2018