Cianjur (Antaranews Jabar)- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cianjur, Jawa Barat, masih menerapkan larangan bagi nelayan di pantai selatan untuk melaut meskipun gelombang mulai berangsur normal.

"Puncaknya gelombang tinggi akhir Juli, tapi namanya kondisi alam tidak bisa di prediksi. Bisa dipastikan tinggi gelombang di atas normal masih riskan untuk dilalui nelayan yang melaut," kata Sekjen BPBD Cianjur Sugeng di Cianjur, Senin.

Ia mengatakan gelombang tinggi di tiga pantai selatan Cianjur berpotensi memunculkan banjir rob, terutama di Pantai Jayanti yang berbatasan dengan Rancabuaya.

"Ketika gelombang tinggi air sempat merendam warung yang jaraknya cukup dekat dengan bibir pantai. Sejumlah warga juga mulai mengungsi untuk mengantisipasi terjadinya hal yang tidak diinginkan," katanya.

Namun pihaknya memastikan gelombang tinggi saat ini belum mengancam keselamatan warga secara langsung karena mulai berangsur normal.

"Saat ini, kami terus memonitor kondisi ke depan. Semua laporan yang masuk, kami akomodir dan langsung dilakukan pemantauan lebih lanjut dan kami sudah turunkan tim dan relawan di lokasi yang dibutuhkan," katanya.

Meskipun puncak gelombang tinggi sudah terlewati, tambah dia, pihaknya memastikan BPBD akan tetap siap siaga untuk melakumkan pengawasan dan pantauan.

"Semua pihak tidak bisa lengah terhadap kondisi alam yang benar-benar tidak bisa diprediksi. Meskipun puncak gelombang tinggi terjadi pada 24-26 Juli dengan ketinggian gelombang sampai 9 meter," katanya.

Sedangkan untuk pengawasan difokuskan ke pantai yang berbatasan langsung dengan Rancabuaya Garut karena gelombang di wilayah tersebut paling tinggi terjadi.

"Kalau di beberapa pantai di kawasan selatan seperti Jayanti, Apra dan Sinar laut masih terpantau normal, tapi yang paling tinggi di pantai yang berbatasan dengan Garut," katanya.

Pihaknya menilai dibandingkan dengan daerah lain, dampak dari gelombang tinggi di Cianjur tidak terlalu karena jarak antara warung pinggir pantai dan rumah warga dengan bibir pantai cukup jauh.

Pewarta: Ahmad Fikri

Editor : Ajat Sudrajat


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2018