Bandung (Antaranews Jabar) - Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan atau Aher mengatakan Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika) saat ini menjadi kampus terbesar di wilayah Pantura Jawa Barat terkait pembangunan kampus baru tersebut di atas lahan seluas 30 hektar.

Gubernur Aher yang juga penggagas penegerian Unsika, dalam siaran persnya, Kamis, menuturkan upaya pembangunan kampus baru Unsika, diawali dengan pembangunan jembatan dan masjid.

Pihaknya meresmikan jembatan yang menelan biaya hingga Rp10 miliar dari APBD Provinsi Jawa Barat dan dirinya melakukan peletakan batu pertama pembangunan masjid Unsika di lahan kawasan kampus baru Unsika di Jl. Lingkar Karawang Timur Kabupaten Karawang, beberapa waktu lalu.

Masjid Unsika akan dibangun di atas lahan lima hektar, melebihi luas lahan dimana kampus Unsika saat ini berdiri.

Aher mengapresiasi upaya Unsika ini dan dari tiga kampus yang diajukan untuk berubah status menjadi kampus negeri, yaitu Universitas Siliwangi (Unsil) Tasikmalaya dan Universitas Swadaya Gunung Jati (Unswagati) Cirebon, Unsika adalah kampus pertama yang berhasil dinegerikan pada 2014.

"Kampus ini akan menjadi lokomotif kemajuan pendidikan dan menjadi pengampu perguruan tinggi swasta di sekitarnya," kata dia.

Menurut dia Pemprov Jawa Barat sangat mendukung pembangunan kawasan kampus baru Unsika ini.

"Saya akan catat untuk diperencanaan di 2019 Rp20 miliar untuk Unsika. Untuk masa depan katanya jangan ada keraguan," tutur Aher.

Dengan pembangunan kawasan kampus baru, universitas yang saat ini mendidik 13 ribu mahasiswa ini akan menjadi kekuatan ilmiah baru yang akan merancang masa depan kawasan Karawang dan sekitarnya.

"Kita punya harapan ke depan di Jawa Barat kampus-kampus negerinya nambah. Daya tampungnya nambah. Pada saat yang bersamaan kemudian, kampus negerinya itu kita berharap punya tugas yang lain, yaitu mengampu kampus-kampus swasta, sehingga ke depan kampus swasta kualitasnya sama," kata Aher.

Dia ingin meskipun Unsika hanya memiliki lahan 30 hektar, tapi memiliki fungsi efektif dan minimalis karena dengan luas lahan ini, gedung-gedung atau fasilitas kampus lain tidak dibangun secara berjauhan, sehingga akan membangun keakraban diantara para penghuni atau civitas akademika.

"Saya kira 30 hektar sangat memadai. Kampus Unsika ini harus bisa berfungsi sama dengan kampus yang punya luas lahannya lebih besar ketika berfungsi secara efektif dan minimalis, tetapi tidak sedikit pun kurang dalam melayani mahasiswa yang menjadi penghuni utama kampus ini," kata dia.

Menanggapi pembangunan masjid Al Hadi, usulan nama masjid Unsika dari Aher, dia menuturkan bahwa masjid merupakan bagian penting dari sebuah kawasan kampus. Menurutnya, harus ada keseimbangan antara kempuan soft skill dan hard skill para penghuni kampus.

"Kita ingin membangun mahasiswa tidak hanya knowledge atau penguasaan Ipteknya, tapi pada saat yang sama juga nuraninya, kejiwaannya. Kita ingin ada hard skill dan soft skill sekalian," kata dia.

"Nah, kelemahan kita kali ini sering kali kampus hanya menitikberatkan pada hard skill, transfer knowledge dan keterampilan, kemahiran dalam ilmu-ilmu tertentu," lanjut dia.

Unsika berdiri sejak tahun 1965. Ketika itu namanya Sekolah Tinggi Hukum Pangkal Perjuangan. Pada tahun 1982 berkembang menjadi sebuah universitas.

Pada 2 Februari 2014 Unsika berubah statusnya menjadi perguruan tinggi negeri (PTN) dan saat ini, Unsika mempunyai sembilan fakultas dengan 26 program studi, serta tiga program studi pasca sarjana.

Pewarta: ASJ

Editor : Ajat Sudrajat


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2018