Bandung (Antaranews Jabar) - Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan atau Aher menemui sejumlah warga korban banjir di Cirebon, yakni wargaq RW 09 Kesunean Selatan, Kelurahan Kasepuhan, Kecamatan Lemah Wungkuk, Kota Cirebon.

Gubernur Aher dalam siaran persnya, di Bandung, Kamis, menjelaskan faktor curah hujan tinggi menjadi salah satu penyebab banjir di Cirebon, selain ada faktor lain, yaitu kesalahan manusia.

"Salah satu penyebabnya alamiah karena musim hujan, curah hujan tinggi. Pada saat yang sama juga kita harus mengevaluasi juga keseluruhan penyebabnya, supaya kalau kita selesaikan maka paling tidak, tidak ada faktor kesalahanan manusia," kata Aher.

Dia mengatakan bahwa curah hujan di Cirebon sekitarnya berada pada level tinggi saat ini, apabila curah hujan di level 30-35 mililiter per detik, sudah termasuk kategori hujan lebat.

Namun, kata dia, kondisi yang terjadi saat ini curah hujannya mencapai 237 mililiter per detik. Ini bisa diartikan hujan untuk satu bulan diguyur dalam waktu hitungan hari atau seminggu.

"Karena hujan itu sudah termasuk hujan ngagebret (hujan lebat, Red) kalau sudah masuk ke 30 sampai dengan 35 mililiter per detik. Tapi ini kan sudah 237 mililiter per detik. Bayangkan. Jadi hujan untuk sebulan diempatharikan atau diseminggukan, itu persoalannya," ujar Aher lagi.

Tak hanya faktor alamiah, faktor kesalahan manusia dan nonstruktural juga jadi penyebab lain persoalan banjir.

Pada kesempatan ini, Aher meminta masyarakat agar tetap bisa menjaga lingkungan alam, seperti tidak buang sampah sembarangan atau ke sungai.

Selian itu, normalisasi daerah aliran sungai, juga penghijauan kembali kawasan hutan mutlak harus terus dilakukan, sehingga Aher meminta kepada jajarannya serta pihak kabupaten/kota terkait terus berkoordinasi.

"Pada saat yang sama juga secara tegas nonstruktural, yaitu penghijauan hutan. Meskipun kalau saya sebut penghijauan hutan Kuningan itu sudah hijau kawasan hutannya, tapi harus lebih dihijaukan lagi," kata Aher pula.

"Yang kedua, embung-embung perlu dipelihara terus. Dan yang ketiga, badan sungai pun perlu dinormalisasi, termasuk perilaku buang sampah yang masih terjadi di masyarakat, sehingga buang sampah pun menjadi bagian dari penyebab banjir," kata dia.

"Karena akhirnya sungai kan yang harusnya luas dan lebar, tapi mampet gara-gara sampah, lalu airnya meluap dan terjadi banjir," lanjut Aher.

Sumarni (19), salah satu warga RW 09 Kesunean Selatan, Kelurahan Kasepuhan, Kecamatan Lemah Wungkuk, Kota Cirebon mengatakan banjir yang terjadi di rumahnya mencapai kedalaman lutut orang dewasa.

Banjir ini kiriman dari Kuningan dan sudah terjadi hampir sebulan. Namun, kondisi saat ini sudah surut.

"Senin kemarin masih banjir. Banjirnya kiriman dari Kuningan. Sudah hampir sebulan ini banjirnya," kata Sumarni.

Kepala BPBD Kota Cirebon Agung Sedijono mengungkapkan bahwa banjir Cirebon terjadi karena luapan sungai dan rob.

Jumlah warga terdampak di RW 9 Kesunean Selatan, Kelurahan Kasepuhan, Kecamatan Lemah Wungkuk berjumlah tiga RT terendam dengan jumlah 90 KK atau 400-an jiwa.

"Banjirnya karena hujan lebat, rob, dan di sungai banyak hambatan. Dan terlalu lebat hujan di hulu," ujar Agung.

Saat ditanya mengenai bantuan, Agung mengaku Pemkot Cirebon melalui Dinas Sosial telah koordinasi lewat bantuan bencana karena jumlah titik rawan banjir di Cirebon bertambah, secara keseluruhan jumlah KK terdampak mencapai 500 kepala keluarga dengan jumlah mencapai 2.500-an jiwa.

"Bantuan pemkot sedang diproses. Tapi kalau dari CSR BJB tadi kirim 500 pax. Di RW 9 tadi akan kita salurkan dalam waktu cepat," kata Agung pula.

Pewarta: ASJ

Editor : Ajat Sudrajat


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2018